Senin, November 25, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lawan Covid-19, Nelayan dan Petani Barter Bahan Pangan Melalui Lumbung Pangan Nelayan

Indramayu, Demokratis

Di tengah tantangan pandemi Covid-19 serta kondisi ketidakpastian dan kerentanan yang dihadapi oleh nelayan dan pekerja perikanan, nelayan yang tergabung dalam Serikat Nelayan Indonesia (SNI) melakukan barter bahan pangan dengan Paguyuban Tani di Desa Tenajar, Kecamatan Kertasmaya, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pada Kamis (7/5/2020).

Inisiatif barter bahan pangan tersebut merupakan gagasan dan aksi bersama melalui gerakan lumbung pangan Nelayan.

Barter bahan pangan dilakukan secara simbolik oleh Budi Laksana selaku Sekretaris Jendral (Sekjend) SNI, kepada Aruzy yang juga selaku Ketua Paguyuban Tani Tenajar dengan menyerahkan beras.

Dari masing-masing bahan pangan yang dibarter tersebut memiliki nilai jual dengan berkesesuaian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, sehingga diantara keduanya tidak merasa saling dirugikan.

Budi Laksana mengatakan, bahwa lumbung pangan nelayan bertujuan untuk menggerakkan gotong-royong dalam rangka rakyat bantu rakyat dan untuk mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari sesuai dengan aktivitas produksi  usaha yang telah dikerjakan.

“Dalam praktiknya, Lumbung Pangan mendukung tetap beroperasinya kegiatan produksi kelompok nelayan, pekerja (laki-laki dan perempuan) perikanan, komunitas pesisir dan keluarga mereka, yaitu dengan menyerap dan mendistribusikan produk pangan olahan perikanan, barter bahan pangan (antar-nelayan, antara nelayan dengan petani dan antara nelayan dengan kelompok rentan lainnya) dan jual-beli bahan pangan”, ujarnya.

Masih menurut Budi, Corona virus Disease (Covid-19) yang menjangkiti Indonesia menciptakan ketidakpastian dan kerentanan secara sosial-ekonomi bagi sebagian kelompok masyarakat salah satunya, yaitu kelompok nelayan, pekerja (laki-laki dan perempuan) perikanan, komunitas pesisir dan beserta keluarganya.

Ketidakpastian dan kerentanan itu muncul seiring dengan bahaya mematikan yang ditimbulkan dari Covid-19, dan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sejauh ini aktivitas berusaha dan bekerja dalam perekonomian mereka sebagian terhenti atau dibatasi.

“Bagi nelayan, pekerja perikanan dan keluarga mereka, pandemi Covid-19 berdampak pada harga ikan yang menurun secara drastis, rantai pasok produksi dan distribusi pun terganggu kemudian sebagian pengolahan produk perikanan harus berhenti beroperasi”. Tegasnya.

Selain kondisi nelayan dan pekerja perikanan tersebut juga marak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Buruh perusahaan, sektor ekonomi informal yang terpukul parah bahkan nilai mata uang Rupiah sempat anjlok terhadap mata uang USD.

“Ketidakpastian dan kerentanan terutama pada kecukupan pangan dan kebutuhan dasar sehari-hari semakin nyata dan terasa bagi nelayan, pekerja perikanan dan keluarga mereka”, pungkasnya.

Hal ini dikarenakan lambatnya respon serta langkah pemerintah dalam menyusun strategi yang memadai dalam mengantisipasi dan meminimalisir dampak wabah global saat ini.

“Walaupun pemerintah telah merancang bantuan sosial dengan ragam skema untuk meminimalisir dampak sosial-ekonomi dari COVID-19 termasuk himbauan Menteri Kelautan dan Perikanan untuk menyerap produk perikanan dan memasukkan dalam program perlindungan sosial di tingkat provinsi dan kabupaten. Namun yang seringkali terjadi adalah jauh panggang dari api. Ketidakpastian dan kerentanan ini jika terus dibiarkan maka akan berpotensi menyebabkan kemiskinan dan kerawanan pangan” terang Budi.

Saat ini, lanjut Budi, Lumbung Pangan Nelayan tersedia di empat Desa yang ada di Jawa Barat yaitu (1) Desa Pabean Udik Kecamatan Indramayu, (2) Desa Karangsong Kecamatan Indramayu, (3) Desa Gebang Udik Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon, (4) Desa Kebang Kulon Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon.

Produk pangan yang diolah dari berbagai macam jenis ikan yang mencakup Teri Jengki, Abon Ikan Tongkol, Abon Rajungan, Gesek Layur, dan Kembung Asap. Bahan pangan ikan ini ditangkap dan diolah oleh nelayan dan keluarganya dirumah.

Harapannya, Lumbung Pangan Nelayan dapat mengerakan sosial dan ekonomi nelayan di tingkat lokal secara berkelanjutan.

Sebagai inisiasi gagasan dan aksi pada masa pandemi Covid-19, Lumbung Pangan Nelayan tidak semata-mata dilihat secara ekonomi, tapi perlu dimaknai pada konteks gerakan kolektif untuk berbagi dengan kelompok rentan.

Gerakan kolektif terutama untuk menata kembali sosial-ekonomi lokal antar-nelayan dan antara nelayan dengan kelompok rentan lain dan untuk memberikan jaminan kesehatan melalui pangan lokal yang mencukupi.

Lebih lanjut, merujuk pada dampak sosial-ekonomi Covid-19 pada kelompok rentan seperti nelayan dan pekerja perikanan, dan inisiatif kolektif Lumbung Pangan Nelayan, maka kami mengajak kepada semua pihak untuk ikut serta dan mendukung (1) aksi solidaritas yang diinisiasi oleh rakyat, (2) aksi solidaritas Lumbung Pangan Nelayan, dan (3)  barter bahan pangan dan/atau jual-beli bahan pangan. Hal itu untuk mengutamakan kecukupan pangan termasuk gizinya di masa tak menentu seperti pandemi Covid-19″, Terangnya.

Di akhir acara, Budi juga mengucapkan banyak terima kasih kepada para pihak yang selama ini mendukung  Lumbung Pangan Nelayan. Yakni, seluruh Keluarga Besar Serikat Nelayan Indonesia (SNI), Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP), Right to Food dan Paguyuban Tani Tenajar yang ada di Kabupaten Indramayu. Tutupnya kepada awak media. (RT)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles