Sesat di ujung jalan kembali ke pangkal jalan. Ungkapan demikian muncul dari zaman lalu. Kata bijak nenek moyang kita dalam menghadapi kemelut zaman. Belajar dari sejarah.
Ungkapan itu adalah literasi (konsep) memuat kebijaksanaan dan mencari hikmah yang perlu digali. Tidak hanya terpaku kepada teori modern. Sebab literasi masa lalu itu ada juga yang mengandung hikmah dan kebijaksanaan.
Itulah agaknya yang dipakai oleh Dato Seri Rais Yatim dalam mengangkat kisah Cindur Mato. Mantan Ketua Dewan Rakyat Malaysia dan pensiunan dari Menteri Informasi itu menulis cerita itu dengan menarik. Biar cerita itu masa lalu namun karena ditulis dengan bagus menjadi literasi modern.
Menariknya adalah istilah modern yang dipakai menjadikan cerita itu aktual penuh kekikinian. Bahasa mengandung makna yang lazim masa sekarang dan mudah dimengerti. Agaknya di sana pula letak kekuatan buku itu.
Kita mengetahui, Cindur Mato adalah tokoh dalam kaba klasik di tanah Minang. Persisnya di Banu Hampu wilayah Sumatera Barat. Kisah itu dengan tokoh lain Dang Tuanku. Masa itu adalah awal abad 20.
Tersebutkah Bundo Kanduang yang menggambarkan sosok wanita bijaksana menjelmakan adat Minangkabau lestari sejak zaman sejarah Minangatamwan.
Posisi tokoh lain adalah Dang Tuanku Bangsawan dan Cindur Mato sebagai Hulu Balang Raja atau pangawal raja. Kedua orang itu adalah bijak pada posisi masing-masing. Bekerja secara kooperatif Mato untuk kerajaan. Dang Tuanku dan Cindua Mato. Kaba atau cerita Cindua Mato dimasukkan sebagai epos (buku cerita pahlawan).
Dalam epos itulah karya Dato Seri Rais Yatim ini kita pandang penting. Teladan masa sekarang guna mencari terbaik dari yang sudah-sudah. Mengambil contoh pada yang sudah dan ambil tuah ke yang sudah menanga. Pesan pepatah lama pada kita.
Kita mengutip kata pejuang tak pernah mati. Hanya bertukar medan aktivitas. Dato Seri Rais Yatim dulu berkarya di birokrasi dan lembaga Negara Malaysia kini di bidang kebudayaan.
Itu kata Mc Athur seorang pensiunan militer Amerika di muka sidang Kongres Amerika. Dari  pencapaiannya di bidang militer ia telah memperoleh bintang empat di puncak karir. Mendapat Jenderal berbintan  empat, lalu pensiun. Berkarya di bidang sipil politik Amerika.
Kita berpandangan Dato Seri Rais Yatim tidak pernah berhenti berkarya terus. Dulu bidang pemerintahan dan demokrasi kini dalam bidang budaya dan seni. Salah satunya cerita kisah kepahlawanan di tanah Minang.
Jakarta, 7 Maret 2024
*) Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta