Jumat, September 20, 2024

Manfaatkan Komoditas Unggulan

Tanjung Selor, Demokratis

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara) masih melakukan pemanfaatan komoditas unggulan pada sektor perikanan dan kelautan.

Salah satunya, provinsi ke 34 ini masuk dalam komoditas unggulan dengan hasil produksi rumput laut paling tinggi. Di mana mampu menghasilkan sekitar 8-10 ton rumput laut basah untuk setiap unit rakit apung.

“Rata-rata laju pertumbuhan produksi rumput laut di Kaltara mengalami peningkatan sebanyak 9,44 persen selama lima tahun terakhir dengan nilai produksi tahun terakhir mencapai Rp1.034.678.500.008,10,” kata Gubernur Kaltara, Drs H Zainal A Paliwang SH, M.Hum.

Tidak hanya rumput laut, pembudidaya kepiting juga menjadi concern pemerintah saat ini. Dari hasil pemetaan, tambak di Kaltara memiliki luas 129.000 hektare, namun hanya 20 persen yang aktif.

“Produksi budidaya kepiting kita masih rendah, dari kuota 626.045 ton tiap tahunnya, kita hanya mampu memproduksi 5 persen atau 33.699 ton saja. Sehingga kita perlu memberikan langkah taktis terhadap pembudidaya agar produktifitasnya dapat meningkat,” katanya.

Di samping itu, pemprov juga terus berkomunikasi dengan pemerintah pusat agar pemanfaatan lahan tambak di Kaltara dapat maksimal. “Kita sudah identifikasi persoalannya. Karena itu kita bakal melakukan komunikasi kepada pemerintah pusat, agar pemanfaatan tambak di Kaltara dapat berjalan maksimal,” terangnya.

Gubernur berharap adanya perubahan cara dalam mengelola tambak. Di mana perlu adanya sentuhan teknologi agar produksi dapat meningkat. Karena itu, perlu campur tangan pemerintah pusat untuk memberikan perubahan kepada peningkatan sumber daya laut di Kaltara.

“Kepiting bakau kita juga punya peluang besar untuk dibudidayakan lebih luas dan komersial. Pada tahun 2021 produksi kepiting mencapai 756,67 ton atau meningkat 23,31 persen jika dibanding tahun 2020 dengan nilai produksi yang mencapai Rp37.493.575.000,” jelasnya.

Selain rumput laut dan kepiting, Kaltara merupakan salah satu penghasil udang windu dengan kualitas terbaik di dunia. Gubernur menyebut penyebabnya adalah budidaya yang masih berjalan secara tradisional tanpa pakan dan obat-obatan sehingga terbebas dari residu.

Seperti diketahui pada tahun 2021, produksi udang windu di Kaltara mengalain kenaikan 7,48 persen dari tahun 2020. “Meningkatnya 9.677,70 ton jika dibandingkan tahun 2020 dengan nilai produksi yang mencapai Rp984.315.871.000,” jelasnya.

Sama seperti udang windu, ikan bandeng di Kaltara juga dibudidayakan dengan sistem polikultural secara tradisional. Selama lima tahun belakangan, produksi ikan bandeng di provinsi ke 34 ini mengalami penurunan sebesar 1,51 persen dengan nilai produksi tahun terakhir mencapai Rp72.624.705.000. (dkisp)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles