Sabtu, November 23, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Manufaktur Indonesia Didorong untuk Gunakan Cobot

Universal Robots (UR) mendorong perusahaan manufaktur di Indonesia agar mengadopsi penggunaan collaborative robots (cobot) sebagai solusi efektif untuk menaikkan produktivitas pabrik sekaligus mengatasi kurangnya sumber daya manusia (SDM) terampil.

Sektor industri manufaktur Indonesia berkontribusi 19,87 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional selama kuartal kedua tahun 2020.

Meski sektor itu sempat terpukul pandemi dan menyusut hingga 4,31 persen secara tahunan pada Juli-September lalu, namun pada kuartal pertama tahun ini, industri non-migas mampu membantu negara dalam pemulihan ekonomi.

Mengutip data IHS Market, UR menyebutkan bahwa Indonesia menandai rekor tertinggi Purchasing Managers Index (PMI) dalam 10 tahun terakhir sejak diluncurkannya survei tersebut pada tahun 2011, dengan kenaikan yang cukup tajam 2,3 poin dari 50,9 poin pada Februari 2021 menjadi 53,2 di bulan Maret 2021.

Untuk kawasan ASEAN, Indonesia juga mencatatkan kinerja terbaik dalam lima bulan terakhir. Selain itu, berbagai stimulus juga telah diberikan oleh pemerintah untuk memastikan sektor manufaktur memberikan pertumbuhan positif.

Menurut laporan ‘Collaborative Robot Market by Payload, Component, Application, Industry, and Geography – Global Forecast to 2026’ yang dilansir lembaga riset Markets and Markets, cobot semakin banyak diadopsi berbagai industri, khususnya di bidang manufaktur karena manfaat berupa peningkatan produktivitas dan SDM yang efektif.

“Segi keamanan adalah prioritas utama yang sangat penting dan telah menjadi pintu masuk ke pasar cobot saat ini. UR percaya, dalam mengembangkan suatu cobot harus mempunyai elemen yang terjangkau, ringan dan fleksibel yang dapat memberikan ROI cepat bagi industri manufaktur,” kata James McKew, Regional Director of Asia-Pacific di Universal Robots dalam siaran persnya.

Penggunaan teknologi robotika turut membantu pemerintah dalam mewujudkan visi industri 4.0, dan manufaktur Indonesia akan diuntungkan karena teknologi robotika berkemampuan dalam menyelesaikan tugas berulang dalam ruang yang terbatas dan terstruktur.

Cobot dapat bekerja sepanjang waktu untuk menghasilkan pekerjaan yang konsisten dengan kondisi kerja berintensitas tinggi tanpa istirahat. Indonesia memiliki potensi besar dalam mengimplementasikan otomatisasi pada industri dalam negeri, namun saat ini tingkat otomatisasi tersebut masih sangat rendah.

Untuk per 10.000 karyawan, industri manufaktur Indonesia hanya memiliki 440 robot, lebih rendah dari China dan Korea Selatan yang masing-masing memiliki 732 dan 2.589 robot per 10.000 karyawan pada tahun 2019.

Dengan waktu pengembalian modal rata-rata paling singkat 12 bulan karena peningkatan produktivitas, kualitas dan konsistensi, perusahaan manufaktur Indonesia akan dapat memperkirakan pengembalian investasi mereka (ROI) sebelum akhir tahun ini atau awal tahun 2022.

 

Keamanan dan Fleksibilitas

Yokota Corporation, perusahaan berbasis di Jepang yang mendesain dan memproduksi bearing untuk balapan, peralatan Factory Automation (FA), mesin untuk perakitan, pengepakan dan inspeksi, telah memilih cobot UR5 untuk mengatasi kekurangan SDM.

Awalnya, perusahaan mencoba melibatkan karyawan paruh waktu dan mempekerjakan kembali pekerja dari departemen lain. Namun, tindakan tersebut terbukti tidak produktif. Robot industri tradisional juga dianggap sebagai solusi, namun memerlukan ruang tambahan dan kebutuhan lainnya, misalnya tim penjaga keselamatan.

“UR telah memperkecil hambatan yang memampukan otomatisasi pada area-area yang sebelumnya dianggap terlalu kompleks dan mahal. Kami berharap teknologi yang kami miliki ini, dapat membantu industri manufaktur di Indonesia untuk mewujudkan produktivitas yang lebih tinggi dan mempertahankan pemanfaatan SDM yang lebih efektif di perusahaan,” kata McKew. (Rio/Dem)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles