Teori konflik dan konsesus dalam ilmu sosiologi selalu menarik dan menantang organisasi karena wujud dengan kelompok orang punya keinginan berbeda. Tidak mungkin sama.
Agar organisasi dapat terus berkelanjutan perlu ada kompromi (konsesus). Tata kelola tindak lanjut organisasi perlu. Perlu manajemen konflik (Setangkai Bunga Sosiologi, Selo Sumardjan).
Adanya berita perselisihan Mahathir Mohamad antara mantan Perdana Menteri Malaysia (PM) sekarang ini Dato Seri Anwar Ibrahim memprihatinkan. Dua tokoh ini representatif Melayu yang ternama bisa-bisa begitu. Perselisihan itu merupakan perpecahan.
Adanya prasa tidakkan Melayu hilang di bumi adalah simbol yang tak lapuk takkan hilang ditelan masa. Ungkapan ini dari Hang Tuah berupa petuah yang abadi. Ia seorang Melayu bercita-cita kebesaran anak di rantau ini.
Belimbing besi, sayur paku, mengungguli dan menandakan hebatnya suku Melayu. Istilahnya hebat keren. Menandai suku dan masyarakatnya dibanding puak lainnya.
Benarkah demikian? Nyatanya tak demikian. Melayu hilang di bumi belum lagi. Akan tetapi suku Melayu berantakan sudah.
Kalau sudah berantakan tak bersatu dan kompak kekuatan lemah. Bersatu kuat berpecah lemah kata pepatah. Nampaknya itu yang terjadi.
Bagi kita saling jatuh menjatuhkan karena bertikai. Tiada yang bisa mendamaikan yang berselisih. Yang senior tua usia dan yang usia yang lebih junior muda mencari jalan sendiri, tidak elok.
Agar jangan berketerusan berselisih perlu di-manage. Singkat kata agar Melayu tak hilang di bumi. Menyetop persengketaan dan perselisihan.
Ada 3 (tiga) azas kepemimpinan sekurang-kurangnya menghadapi perselisihan itu. Pemimpin itu hendaknya, pertama keteladanan. Kedua, kalau di mana-mana memberi semangat, ketiga memberi contoh (lihat 11 azas Kepemimpinan ABRI).
Agaknya ini dapat menjadi pegangan kita. Kepemimpinan yang sederhana dan relevan. Tak sulit mengejawantahkannya.
Kita Melayu di Indonesia berharap dua tokoh utama Malaysia yaitu Dato Seri Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad cepatlah sadar kembali untuk kembali bersama. Kita berharap tidak elok jika berketerusan bertikai. Kita jaga kaum Melayu agar jangan pecah berselisih dan bertikai.
Mari kita camkan pepatah yang mengatakan bersatu kita kuat, berpecah kita akan runtuh. Berantakan di bumi kita hindari. Semoga!
Jakarta, 26 Januari 2024
*) Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka (UHAMKA) Jakarta