Indramayu, Demokratis
Yayasan Rumah Kreatif Indramayu kini hadir kembali di tengah masyarakat Indramayu lewat sebuah event berjudul Layar Ketiga. Dalam event ini, masyarakat bisa menonton sejumlah film-film menarik dan edukatif melalui layar tancap.
Pada event yang diselenggarakan selama 7 kali dalam 7 bulan ini pun Rumah Kreatif akan memutar film-film yang menarik bertema lokalitas. Dengan tema tersebut, masyarakat jadi bisa lebih tahu seberapa kaya budaya di daerahnya.
“Kita juga bisa tahu potensi daerah kita dan bisa kita kembangkan. Bahkan, kita bisa tahu masalah-masalah apa yang tengah terjadi di daerah kita sehingga kita bisa berusaha mencari solusinya,” ucap Koordinator Acara, Tri Utomo Rubiyanto, Sabtu (10/12/2022).
Lebih dari itu, Lanjut Tri, dalam event ini pun masyarakat bisa belajar gratis kepada para sineas terkait produksi film lewat workshop film (sehingga suatu saat kita bisa bikin film sendiri-red). Menikmati sakralnya pentas tari tradisional dan pentas-pentas lainnya. Serta tidak lupa: masyarakat bisa jajan produk-produk milik sahabat dan tetangga sendiri lewat pasar lokal.
Selain Try Utomo, tim penyelenggara acara Layar Ketiga lainnya yakni Ryan Rudyana menjelaskan mengapa mereka mengangkat memilih sinema mikro. Menurutnya, sinema mikro muncul pertama kali pada tahun 1994, dicetuskan oleh Rebecca Barten dan David Sherman.
Istilah ini berisi gagasan untuk memproduksi sekaligus mendistribusikan film indie yang dalam prosesnya tidak memakan banyak biaya. Tak hanya merujuk pada sebuah produk film itu sendiri, istilah sinema mikro juga merujuk pada media yang membawanya yakni layar tancap (alternatif dari bioskop permanen).
Bioskop layar tancap itu sendiri, di Indonesia, muncul pertama kali pada 1901 dan sempat menjadi idola di masyarakat, terutama masyarakat pedesaan.
“Spirit alternatif ini menjadi inspirasi tersendiri bagi kami. Dan spirit alternatif ini pula yang menjadi alasan event ini dinamai Layar Ketiga. Kami berharap, dengan adanya event ini, kita bisa mengakses film-film indie mutakhir dengan cara penyajian klasik Layar Tancap. Berharap agar kita terpantik menciptakan film-film alternatif selanjutnya berdasarkan tema-tema di sekitar kita,” terang Ryan.
Selanjutnya, Event Layar Ketiga ini akan berlangsung pada tanggal 10 Desember 2022. Pada pertemuan pertama, Layar Ketiga akan menayangkan dua film yakni “Ngarot” dan “Lingsir Wengi”.
Film “Ngarot” garapan Dedy Reang ini adalah film yang mengangkat salah satu tradisi berbasis pertanian di Indramayu. Sedangkan film “Lingsir Wengi” merupakan film garapan Hanung Bramantyo yang sempat memeriahkan Pekan Kebudayaan Nasional 2021.
“Meski judulnya Lingsir Wengi, film ini jauh dari kesan mistis loh. Film ini mencoba mengangkat isi salah satu komik tertua di Nusantara: cerita yang terukir di dalam relief-relief Candi Borobudur yang monumental itu,” jelas Ryan. (RT)