Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Membumikan Sederhana Sebagai Kebahagiaan

Membumikan sifat sederhana perlu dalam mencapai kebahagian. Sebab sederhana itulah kebahagiaan. Menjadi tujuan kehidupan.

Mengutip Buya Hamka dalam bukunya Tasawuf Modern menulis anjuran carilah bahagia di mana saja. Dalam lembah atau di puncak gunung sekalipun. Jangan putus asa mencarinya.

Buya Hamka mengkaitkan ungkapan sederhana dengan kun saidan diartikanya beradalah dalam bahagia. Ungkapan tersebut dalam bahasa terkait teori ilmu psikologi mengandung makna pribadi mempesona dan ekspresif. Arti itu personifikasi dengan orang.

Menjadi pribadi yang mempesona, pribadi yang ada dalam bahagia. Maka istilah itu menjadi popular sebagai tujuan hidup manusia. Yaitu bahagia, kun saidan beradalah dalam bahagia.

Bagaimana manusia hasanah. Manusia bahagia dan dengan cara sederhana, tidak kaya, sehat walafiat, dan tekun berkerja. Pendek kata berada dalam suasana yang okey.

Ajaran agama menetapkan tujuan hidup manusia adalah bahagia hidup mulia. Yaitu selain hidup bahagia di dunia tetapi juga di akirat. Oleh karena itulah doa yang kita mohonkan.

Rabbana atina hasanah wafil akhirati hasanah waqina adzabannar (Ya Tahan kami berilah kami kehidupan bahagia dan bahagia di akhirat dan jauhkanlah kami dari neraka).

Kita akan capai kebahagiaan dengan kerja keras. Tekun dalam melangkah ke arah itu. Hingga mencapai kehidupan yang kita inginkan.

Lord Badan Pawel tokoh pendiri Pandu Sedunia hidup sederhana itulah bahagia. Simpulan itu dijelmakan menjadi asas kepanduan. Menjadi symbol para pandu, yaitu manusia muda yang disiapkan agen kemanusiaan masa depan.

Di mana-mana didirikan ikatan kepanduan yang terdiri dari para anak muda. Untuk Indonesia dihimpun dalam gerakan Pramuka. Kelompok komunitas yang masih muda dan trampil.

Serderhana adalah hidup bahagia ajaran Lord Badan Pawel. Kini diambil oleh gerakan kapanduan di perbagai negara.

Menarik juga apa yang diucapkan Bapak Bangsa India, Mahatma Gandhi. Ia berkata lebih baik membeli karcis kereta kelas tiga ketimbang kelas dua, kalau karcis kelas tiga masih ada. Maksudnya kelas tiga lebih murah dari karcis kelas dua. Demkian makna sederhana pikiran Mahatma Gandhi.

Maka tidaklah salah kata bahagia dan sederhana jika diidentikan dengan arti hasanah. Tiga ungkapan itu bahagia, sederhana. Hasanah yang mengandung kontens esensi yang sama. Hal ini menjadi penjelasan penting sekarang ini.

Akhirnya kita berpendapat bahwa hakikinya hidup manusia bukanlah semata-mata kaya yang didefenisikan banyak orang. Bahagia lebih kepada sikap sederhana dan mulia serta baik. Tidak terlalu penting hidup yang melimpah dan kaya. Yang penting mulia, sederhana dan baik.

Jakarta, 30 Juni 2023

*) Masud HMN adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles