Oleh Juanda Sipahutar
Nama Anatona Zebua yang lahir di Gunung Sitoli 4 Januari 1950 di lingkungan Gereja Kristen Pasundan (GKP) di Jawa Barat sudah cukup terkenal. Ia adalah seorang hamba Tuhan yang ramah terhadap siapapun. Selain orangnya baik, ia pun sosok hamba Tuhan pantang marah, baik di dalam rumah tangga maupun di lingkungan gereja.
Pria yang dekat dengan semua jemaat itu memiliki tiga anak. Namun anak pertamanya terlebih dahulu ke pangkuan Sang Pencipta pada 2018 lalu. Dia didampingi seorang istri bernama Yanti kelahiran Jawa Tengah. Sebelum bertugas di GKP Bekasi, almarhum bertugas di GKP Rangkasbitung, Banten. Ia melayani selama enam tahun di GKP Bekasi, kemudian dari Bekasi pindah ke GKP Tamiang, Indramayu. Dari riwayat hidup Anatona Zebua di GKP Bekasi jabatan yang diembannya di GKP Purwakarta yang jadi sejarah baginya adalah pentahbisan tugasnya sebagai Pendeta definitif. Dan jabatannya cukup banyak di dalam pelayanan di lingkup gerejawi.
Sehingga tak heran jika jemaat GKP bersedih atas kepergian almarhum. Hal ini dapat dibuktikan bahwa ketika Pdt Anatona Zebua STh disemayamkan di GKP Jemat Bekasi, Rabu (4/2), sekaligus pelepasan jenazah untuk diberangkatkan ke tempatnya yang terahir. Tak terhitung jumlah jemaat yang hadir bahkan ruanganpun penuh. Lagu pujian saat ibadah pelepasan mantan pendeta itu dikumandangan beberapa paduan suara. Baik dari jemaat maupun pujian dari Lansia (lanjut usia).
Sebelum peti ditutup tampak anak-anak almarhum Tema dengan Tri serta istri almarhum menunduk dan menangis. “Selamat jalan papa,” kata anaknya membuat suasana terhanyut penuh kesedihan. ***