Film bergenre laga jadi salah satu yang disukai banyak orang. Dari genre film ini muncul beberapa nama besar, salah satunya Bruce Lee, seorang atlet sekaligus aktor film laga yang sampai sekarang masih dikenang masyarakat dunia.
Aktor yang berciri khas kostum berwarna kuning dan senjata nunchaku atau doble stick ini lahir pada 27 November 1940, di San Francisco, dari pasangan seniman opera dari Hong Kong, Lee Hoi Chuen dan Grace Ho, yang kala itu sedang mengadakan tur ke Amerika. Ia lahir dengan nama Lee Hsiao Lung, sementara dokter yang menangani kelahirannya memberinya nama Inggris yakni Bruce Lee Jun Fan, nama yang terkenal hingga kini.
Dalam biografi Bruce Lee yang ditulis Black Belt Magazine yang berjudul ‘The Legendary Bruce Lee (1986), setelah lahir, Bruce Lee tak lama tinggal di Amerika. Saat usia 3 bulan, mereka pulang ke Hong Kong.
Besar dari keluarga seniman opera, membuat Bruce Lee akrab dengan dunia akting. Saat usianya 6 tahun, ia mulai memasuki dunia hiburan dengan berakting untuk pertama kalinya dalam film berjudul A Beginning Of A Boy, disusul dengan film berikutnya Golden Gate Girl. Saat kecil, ia kerap mendapatkan peran sebagai anak nakal atau anak jalanan.
Menginjak remaja, Bruce Lee mulai tertarik untuk mempelajari seni bela diri, tepatnya ada 1953, ia mempelajari teknik bela diri wing chun pada seorang master bela diri terkenal di Hong Kong yaitu IP Man.
Selain itu Lee juga berguru dengan master kung fu, Siu Hon Sung. Berkat kecerdasannya, Bruce Lee cepat menguasai banyak jurus. Biasanya dibutuhkan tiga minggu untuk menguasai 30 jurus Siu Hon Sung, namun Lee hanya memerlukan tiga malam saja menguasai semuanya.
Untuk melenturkan gerakan kung fu, Lee juga mengambil kursus menari cha-cha, yang membantunya dalam melatih gerak kaki dan juga keseimbangan. Bahkan, pada 1958 ia sempat mengikuti ajang lomba menari dan berhasil meraih piala Hong Kong Cha-Cha Championship.
Tak hanya melulu soal prestasi, masa remaja Bruce Lee juga diwarnai dengan beragam tindakan kenakalan. Ia kerap terlibat perkelahian jalanan sehingga tak jarang membuatnya harus berurusan dengan polisi.
Melihat ulah putranya ini, sang Ayah membuat keputusan untuk mengirim Lee ke Amerika, agar menjadi orang yang lebih bertanggung jawab. Berbekal 100 dolar AS, Bruce Lee berangkat menuju Seattle dengan kapal laut, saat itu usianya masih 18 tahun.
Di perantauan ini Bruce Lee dititipkan ke teman Ayahnya yakni Ruby Chow, pemilik sebuah restoran. Dia pun ikut bekerja di restoran Ruby Chow sembari menempuh pendidikan di salah satu Universitas di sana, mengambil jurusan filsafat.
Semasa kuliah tersebut ia berjumpa dengan sesama teman dari Asia bernama Taki Kimura yang pernah mengalami serangkaian serangan rasialis.
Didasari belas kasihan, Lee memotivasi Kimura untuk meningkatkan harga dirinya dengan cara melatih dia seni beladiri. Inilah awal mula Lee mendirikan sekolah seni bela diri kung fu di Seattle. Tak hanya melatih Kimura. Bruce juga mengajarkan wing chun kepada teman-teman lainnya dan masyarakat di sekitarnya.
Berbeda sekali dengan di Hong Kong, yang menganggap kung fu hanya untuk orang terhormat dan tak boleh sembarangan dipelajari, Bruce ingin mendobrak pakem itu. Dia mengajarkan kung fu untuk orang umum.
Selama melatih bela diri ini, Bruce Lee bertemu dengan Linda Emery. Mereka saling jatuh cinta dan menikah pada 1964. Cinta mereka dikaruniai dua orang anak yakni Brandon yang lahir pada 1965 dan Shannon yang lahir pada 1969.
Setelah berkeluarga Bruce Lee pindah ke Oakland, California, di sana ia membuka tempat pelatihan bela diri yang kedua kalinya. Namun bedanya kali ini, ia mulai mengembangkan gaya bela diri yang dirumuskannya sendiri, dengan mamadukan tinju, anggar dan kung fu. Bela diri ini dia kasih nama Jeet Kundo.
Aliran bela diri yang dirumuskan Lee ini dikenal karena dapat memotong serangan. Dirinya berpendapat bahwa memotong serangan lebih baik dan lebih cepat dari pada menahan lalu melakukan serangan.
Dalam rangka menguji gaya bela diri yang baru ia ciptakan itu, Bruce Lee mengikuti kejuaran bela diri di Los Angeles. Aksinya dalam kejuraan tersebut menarik perhatian seorang produser acara televisi yang menawarinya untuk berakting dalam film.
Lee yang sedari kecil memang sudah akrab dengan dunia akting, tentu tak keberatan menerima tawaran tersebut. Dia pun mendapat peran sebagai Kato dalam serial The Green Hornet. Kato hanyalah peran pembantu dalam film itu, namun popularitasnya mengalahkan peran utamanya, terlebih di Hong Kong. Namun serial tersebut hanya bertahan sekitar satu tahun pada 1966 dengan jumlah 26 episode.
Van Williams, sebagai peran utama di serial The Green Hornet, menceritakan tentang banyaknya peran pengganti terluka karena gerakan Lee, akibatnya sukar mencari peran pengganti yang bersedia bekerja dengannya. Williams juga menambahkan, Bruce Lee memiliki gerakan yang teramat cepat untuk ditangkap oleh kamera sehingga terpaksa memperlambat pergerakannya saat syuting.
Kesulitan mencari rekan untuk berpasangan dengan Bruce Lee dalam film, ahirnya setelah proyek The Green Hornet selesai, ia memutuskan untuk membuka sekolah kung fu lagi yang diberinya nama “Lee Jun Fan, Gung Fu Institute”.
Banyak para pesohor yang belajar kung fu di sekolah ini, seperti Kareem Abdul-Jabbar, James Coburn, dan Steve McQueen. Popularitas Bruce pun meningkat dan ini menaikkan nilai seorang Bruce Lee, untuk satu sesi latihan selama satu jam harga yang ditetapkan 300 dolar AS.
Ketenarannya bikin dia dapat peran film A Man Called Ironside pada tahun 1967, sebagai seorang master martial art. Di film ini, dia melakukan adegan berbahaya sendiri tanpa peran pengganti.
Karier filmnya terus berlanjut, sampai akhirnya ia bisa mengalahkan Steve McQueen, dalam dunia perfilman, Bruce Lee lebih mahal bayarannya.
Dengan pertimbangan tertentu, akhirnya Bruce Lee memilih pulang ke Hong Kong dan mulai untuk berkarir sebagai seorang aktor laga di sana. Keputusan ini tampaknya tepat, karena setelah itu dia membintangi film berjudul Firs of Fury pada 1972. Filmnya ini meledak, tak hanya di Hong Kong tapi juga di Amerika.
Kariernya di perfilman terus berlanjut. Banyak film yang ia perankan seperti Way of The Dragon dan The Man and The Lagend. Setelah berbagai film yang ia bintangi, pada tanggal 10 Mei 1973 saat mengisi suara untuk film Enter The Dragon, Bruce Lee tiba-tiba pingsan selama setengah jam. Dokter memberinya resep Manatol, obat untuk mengatasi gejala brain swelling (pengembangan otak).
Di tengah masa pemulihan ini, pada 20 Juli 1973, Bruce merencanakan pertemuan dengan Raymond Chow dan Betty Ting Pei, di rumah Betty. Pertemuan itu akan membahas dirinya menjadi salah satu bintang dalam film Game of Death.
Saat pertempuan itu ia mengeluh sakit kepala kemudian dia meminum Aguagesic, obat sakit kepala yang biasa dikonsumsi Betty. Lalu Bruce Lee merebahkan diri. Saat tertidur ternyata serangan brain swelling datang kembali. Dia lansung dibawa ke rumah sakit Queen Elizabeth. Tapi nyawanya tak tertolong dan meninggal di ruang gawat darurat.
Lee disemayamkan di Pemakaman Lake View di Seattle, bersampingan dengan makam putranya, Brandon Lee yang juga meninggal di usia muda akibat kecelakaan di lokasi syuting.
Kabar kematian Bruce Lee sangat mengejutkan, banyak yang tidak percaya akan kematian mendadak tersebut, sehingga merebak berbagai rumor dan spekulasi tentang kematiannya. Selain dibumbui konspirasi, kematiannya juga kerap dikaitkan dengan hal mistis, berikut beberapa spekulasi dan rumor kematiannya:
Bruce Lee wafat akibat dikutuk karena menempati rumah berhantu
Bruce Lee wafat akibat terlalu keras berlatih kung fu
Bruce Lee wafat saat berselingkuh dengan Betty Ting Pei
Bruce Lee dibunuh oleh gangster karena menolak membayar uang keamanan yang biasa ada dalam industri film Hong Kong saat itu.
Bruce Lee dibunuh pendekar shaolin yang marah karena dirinya telah menyebarkan kung fu kepada semua orang di penjuru dunia.
Namun secara resmi, penyebab kematian Bruce Lee adalah pembengkakan otak yang disebabkan alergi obat sakit kepala. Setelah kematiannya, Bruce Lee menjadi salah satu ikon kebudayaan seni bela diri yang populer di abad ke-20. Bahkan Bruce Lee disebut-sebut telah membawa perfilman Asia ke Amerika. ***