Jumat, September 20, 2024

Mengenang Presiden Mesir Anwar Sadat

Tiada yang sangka hari itu 6 Oktober 1981 saat akhir dari Presiden Mesir Anwar Sadat. Tokoh lelaki pejuang kelahiran 28 Februari l918 berakhir di situ. Tragis sekali wafatnya Anwar Sadat Presiden Mesir secara dramatis. Bersimbah darah yang sebelumnya pujaan bangsa Mesir itu perwira militer.

Demikianlah sejarah Timur Tengah penuh dengan warna yang beragam bagaikan mozaik peristiwa. Warna warni peritiwa ada yang mencerahkan namun ada juga sejarah kelam. Penuh darah pengkhianatan.

Lagi-lagi sebuah realitas kisah sejarah Presiden Anwar Sadat dari Mesir Lelaki yang lahir dan berkiprah untuk tanah airnya. Wafat oleh bangsa sendiri lewat tembakan dan granat tangan dari seorang Letnan Khalid. Pada acara militer peringatan mengenang peristiwa Jon Zipur l967.

Bersamaan pada detik itu semua pandangan mata ke udara menyaksikan kemampuan akrobatik pesawat tempur angkatan udara Mesir. Siaga melawan musuh yang membanggakan. Ironisnya saat yang sama Presiden Anwar Sadat kena tembakan dan lemparan granat tangan menewaskan sang Presiden.

Seorang pengamat sejarah Thabrani Sahabirin menulis peristiwa kematian menarik dengan pejuang wafat di tangan bangsa sendiri. Penulis tersebut meletakkan Anwar Sadat sebagai pahlawan yang besar. Hal itu terkait dengan peranannya dalam merontokkan Benteng Bar Lev sepanjang Kanal Terusan Suez. Benteng Bar Lev dibangun Israel 150 km panjangnya usai menang perang enam hari tahun l967.

Sukses menggunakan pipa air dalam merontokkan tembok baja saat serdadu Israel sedang lalai menjadi faktor. Hingga Benteng Bar Lev ditembus serdadu Mesir.

Merontokkan Benteng Bar Lev menjadikan Bangsa Mesir berjaya percaya diri. Kekalahan perang tahun l967 diimbangi dengan merontokan benteng yang dibangun Israel berlapiskan tembok baja. “Ia pantas sebagai pahlawan Mesir yang beriliant,” kata Thabrani Sabirin mengenang wafatnya Anwar Sadat, 42 tahun yang lalu.

Penulis berpendapat demikian. Karena militer dengan pesawat terbang dan tank lapis baja tidak cukup bila tanpa srategi perang yang jitu. Hal itu disadari dan diperankan Anwar Sadat.

Perang Timur Tengah karena wilayahnya padang pasir memang memerlukan tank lapis baja dan peswat tempur udara. Tidak bisa dengan infantry yang berjumlah banyak. Tidak cukup strategis kalau infantry saja.

Akhirnya kita mencatat peristiwa ini menjadi peristiwa besar. Hanya saja dikotori oleh penghianatan prajurit Mesir yang menembaki Anwar Sadat dalam peringatan kemenangan perang tersebut. Itulah peristiwa sejarah Mesir yang perlu kita catat.

Jakarta, 29 Maret 2023

*) Masud HMN Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles