Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Mengenang Tragedi Kebakaran Kereta Bawah Tanah Daegu yang Renggut 198 Nyawa

Peristiwa kebakaran kereta api bawah tanah di Daegu, Korea Selatan akan selalu dikenang publik. Kebakaran tersebut menjadi kecelakaan terparah sistem transportasi Korea Selatan dengan menewaskan 198 orang dan melukai setidaknya 147 orang. Sebuah sumber api menyala di Stasiun Jungangno dari Daegu Metropolitan Subway. Api kemudian menyebar ke kereta kedua yang memasuki stasiun dari arah yang berlawanan.

Api tersebut sengaja dibakar oleh Kim Dae-han, seorang mantan sopir taksi pengangguran berusia 56 tahun. Ia diidentifikasi mengalami stroke dan membuatnya sebagian tubuhnya lumpuh. Kim mengalami depresi berkepanjangan dan ingin bunuh diri. Akan tetapi, ia memilih untuk bunuh diri di tempat yang ramai daripada sendiri. Pada pagi hari tanggal 18 Februari 2003, dia naik kereta 1079 di Jalur 1 ke arah Daegu, membawa tas ransel yang berisi dua karton susu hijau berisi cairan yang mudah terbakar.

Saat kereta meninggalkan Stasiun Daegu sekitar pukul 09.53, Kim mulai meraba-raba karton dan korek api, membuat khawatir penumpang lain yang mencoba menghentikannya. Dalam perjuangannya, salah satu karton tumpah dan isinya yang cair terbakar saat kereta berhenti di Stasiun Jungangno di pusat kota Daegu. Punggung dan kaki Kim terbakar, tetapi ia berhasil melarikan diri bersama banyak penumpang yang selamat dari kereta 1079. Tetapi dua menit berselang, api telah menyebar ke enam gerbong di belakangnya. Operator kereta, Choi Jeong-hwan, gagal memberitahu petugas kereta bawah tanah segera tentang kebakaran tersebut.

Korban terparah adalah penumpang kereta 1080, yang memasuki stasiun Jungangno saat sedang kebakaran. Pintu kereta gagal terbuka sebagai upaya untuk mencegah asap beracun dari pembakaran. Akan tetapi, suplai daya kereta otomatis mati akibat detektor api. Hal tersebut membuat penumpang terkunci di kereta.

Peralatan darurat yang tidak memadai juga memperburuk bencana. Kereta bawah tanah Daegu tidak dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran, dan stasiun tidak memiliki alat penyiram dan penerangan darurat. Banyak korban menjadi bingung dalam gelap. Selain itu, banyak korban yang tewas akibat keracunan asap pembakaran yang mengelilingi bagian dalam stasiun. Sistem ventilasi darurat juga terbukti tidak memadai. Lebih dari 1.300 petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api itu sendiri dipadamkan sekitar pukul 01:25 siang. Namun, tingkat racun asap mencegah mereka memasuki stasiun selama tiga setengah jam setelah kebakaran.

Sekitar 191 mayat ditemukan dan diidentifikasi. Sedangkan 6 mayat gagal diidentifikasi karena tubuhnya yang sudah hancur. Karena insiden tersebut terjadi pada siang hari, banyak korban tewas adalah pelajar atau wanita muda yang bekerja di pusat kota Daegu. Sang masinis, Coi Sang-yeol kabur setelah kejadian. Ia juga telah menghilangkan transkrip komunikasi radio yang meningkatkan kecurigaan akan upaya penyembunyiannya.

Pada 26 Februari 2003, pihak berwenang menangkap Kim Dae-han, yang melarikan diri ke rumah sakit untuk perawatan. Mereka juga menangkap Choi dan enam pejabat Perusahaan Kereta Bawah Tanah Metropolitan Daegu, yang kepalanya dipecat pada hari yang sama.

Pada 7 Agustus, Pengadilan Distrik Daegu memvonis Choi Sang-yeol, operator kereta 1080, dan Choi Jeong-hwan, operator kereta 1079, menghukum mereka masing-masing selama lima dan empat tahun karena kelalaian kriminal. Sedangkan Kim Dae-han divonis penjara seumur hidup. Kim meninggal di penjara pada 31 Agustus 2004. ***

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles