Jakarta, Demokratis
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengingatkan anak-anak muda terutama di jenjang sekolah menengah atas agar tidak hanya memutuskan kuliah tanpa mengetahui tujuan selanjutnya. Budi mengatakan pendidikan vokasi atau terapan bisa menjadi salah satu alternatif untuk jenjang pendidikan lebih tinggi mengingat besarnya kebutuhan link and match di dunia industri saat ini.
“Jangan yang penting kuliah, setelah kuliah tidak tahu mesti apa, tapi kalau adik-adik kita mendapat suatu sekolah terapan yang memang relevan untuk dunia pendidikan, saya yakin anak-anak kita menjadi manusia-manusia unggul,” kata Budi dalam webinar bertajuk “Sukses Masa Depan Melalui Sarjana Terapan” yang digelar oleh Yayasan Rumah Edukasi Tempo bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sabtu (30/1/2021).
Budi mengatakan Presiden Joko Widodo selalu menyebut bahwa pendidikan vokasi bisa menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan bangsa. Indonesia saat ini tercatat memiliki jumlah penduduk usia produktif mencapai 24% yaitu sekitar 63,4 juta. Menurutnya, tingginya angka usia produktif harus dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar bisa terserap dengan baik oleh lapangan pekerjaan.
“Sekarang ini SDM yang unggul relatif sedikit,” kata Menhub.
Budi menjelaskan orang yang terampil saja tidak cukup, melainkan perlu adanya tenaga kerja dengan nilai tambah. Menhub menyebut SDM Indonesia saat ini berada di peringka ke-85 dari 130 negara berdasarkan data World Economic Forum (WEF), masih jauh di bawah posisi Malaysia (33), juga di bawah Thailand (40), dan Vietnam (64).
Dia mengakui pemerintah juga perlu merumuskan format jenjang pendidikan vokasi dengan kurikulum sesuai kebutuhan pasar. Salah satunya menyasar industri 4.0 yang berkembang pesat saat ini, yang semuanya memakai kecerdasan intelijen (artifical intelligence/AI), seperti augmented reality, virtual reality, e-commerce, tourism promotion, internet of things, smart school, game development, entrepreneurship, dan 3D printing.
“Tidak boleh tenaga kerja yang kita hasilkan tidak siap melaksanakan kegiatan di lapangan. Mereka hanya tahu hal-hal yang sifatnya teori,” ujar Budi.
Budi menyebut Kementerian Perhubungan memiliki lebih dari 20 sekolah vokasi antara lain pendidikan untuk pelaut, pilot, dan masinis. Kemhub juga selalu bekerja sama dengan institusi pendidikan dan perusahaan untuk meningkatkan kapasitas lulusannya.
Misalnya, kerja sama dengan Monash University di Melbourne, Australia, atau kerja sama dengan PT MRT Jakarta-Palembang, PT LRT Jakarta, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), Perum Damri, dan PT Railink Jakarta.
“Untuk kegiatan kelautan, kita sekarang menghasilkan banyak tenaga kerja yang bisa bekerja di luar negeri, tercatat lebih dari Rp 40 triliun setahun devisa dari tenaga kerja sektor kelautan,” kata Budi. (Red/Dem)