Jakarta, Demokratis
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang juga kader Nasdem di luar duguaan dikeroyok dan dicecar anggota Fraksi Nasdem di Komisi IV DPR yang membidangi pertanian yang dikomandani langsung oleh Ketua Fraksi Nasdem, Ahmad Ali.
Jawaban Syahrul tidak kalah mengejutkannya di depan anggota Komisi IV. Ia mengatakan dengan suara tampak agak berat, selama delapan bulan jadi menteri telah belajar banyak dari Komisi IV yang membidangi Pertanian.
Bermula dari cecaran Ihsan Firdaus dari anggota Komisi IV Fraksi Partai Golkar saat rapat kerja dengan Menteri Pertanian yang membongkar anggaran Kementerian Pertanian terkait dengan diversifikasi pangan yang tidak memasukkan sagu ke dalam alokasi RAPBN Kementerian Pertanian.
Ihsan membandingkan dengan pengelolaan sagu di Pulau Meranti, Riau, yang telah dikelola secara industri. Sebaliknya di Indonesia Timur yang jadi pusat sagu tak mendapat alokasi anggaran dari Kementerian Pertanian.
Anggota Komisi IV AA Bagus Adhi Mahendra Putra dengan nada datar juga ikut mempertanyakan alokasi anggaran Kementerian Pertanian yang tak lagi memasukkan anggaran Litbang di Bali. “Padahal Unesco menetapkan pertanian Bali dan irigasi Subak sebagai warisan dunia,” kata Bagus Adhi di Gedung DPR Jakarta, Senin (13/7/2020).
Padahal, katanya, Litbang Desa di tengah berkurangnya lahan pertanian adalah ujung tombak agar pertanian tetap diminati oleh petani era milenial.
“Boleh saja Litbang Kementerian Pertanian disebut terbaik. Namun Litbang Pertanian Bali jangan sampai tidak diberi anggaran,” tegasnya.
Menurutnya, akibat tidak dibangunnya irigasi, beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Bali terus berkurang. “Pada kenyataannya hari ini, akibat tidak dibangunnya irigasi di Bangli, Bali. Bangli berpotensi kehilangan 500 ton beras untuk memenuhi kebutuhan Bali,” paparnya.
Fraksi Nasdem juga ikut mengingatkan agar setiap mengambil kebijakan Kementerian Pertanian harus bekerja sama dengan semua pihak. “Dalam menjaga kedaulatan pangan diperlukan berkerja dengan the winning team. Kegagalan bisa karena one man show,” timpal Charles Meikyansah pada wartawan seusai rapat, kerja pekan lalu.
“Makanya, di saat Covid-19 harus ada pemimpin yang concern memikirkan sektor pertanian untuk menjamin ketersedian pangan,” tutur Ahmad Ali.
Menurutnya, surplus pangan tahun lalu tidak terbukti sehingga impor beras tetap berjalan sampai saat ini. “Tim bapak sekarang adalah tim lama yang menyesatkan menteri sebelumnya dalam membuat program kedaulatan pangan tapi hasilnya tak terbukti,” ujar Ahmad Ali lagi.
Padahal di negara manapun, paparnya, kementerian fungsi utamanya adalah melindungi petani dengan memperketat impor pangan tapi nyata sekarang malah jagung dan kedelai masih diimpor.
“Kita ingin anggaran Kementan maksimal tidak dipotong,” tegas Ahmad Ali dengan nada serius.
Andullah Tuasikal seusai rapat kerja mengatakan sagu di Maluku dan Papua adalah tanaman endemi yang tumbuh secara alami yang menjadi kebutuhan konsumsi masyarakat. Selama ini masih belum tersentuh teknologi. Kedepan memang diperlukan teknologi pengolahan sagu untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. (Erwin Kurai)