Depok, Demokratis
Sekitar pukul 20.00 WIB Kamis malam beberapa wartawan terlihat berkumpul di Taman Balai Kota Depok sebagai titik kumpul para wartawan yang akan melakukan perjalanan wisata religi.
Para wartawan yang tergabung dalam komunitas Majelis Taklim Balai Wartawan (MT-Balwan) Kota Depok merealisasikan salah satu programnya yaitu wisata religi.
Tempat yang dituju adalah makam Embah Dalem Batu Tulis yang berada di Jalan Lawanggantung, Kelurahan Lawanggantung, Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Kota.
Sekitar pukul 20.30 dua mobil yang ditumpangi MT-Balwan Kota Depok mulai bergerak keluar Balai Kota Depok menuju tujuan yang dituju. Dalam perjalanan, para wartawan tersebut mulai membuka obrolan.
“Sejarah makam Embah Dalam ini seperti apa, ya?” seorang wartawan membuka obrolan.
“Menurut kuncen sih makam Embah Dalem adalah petilasan Prabu Siliwangi,” kata Adie Rakasiwi Pimpinan Redaksi (Pimred) Depok Pembaruan (Debar) sekaligus sebagai Ketua Umum Majelis Taklim Balai Wartawan Kota Depok menjawab pertanyaan yang dilemparkan salah satu temannya tersebut, Kamis (7/7/2022).
“Embah Dalem ini, juga adalah penasehat Kerajaan Pajajaran masa kekuasaan Prabu Siliwangi,” lanjutnya.
Obrolan menemani perjalanan hingga tak berasa perjalanan Depok-Bogor menuju Embah Dalem Batu Tulis yang hampir satu jam lebih tersebut akhirnya sampai ke tempat tujuan.
Setibannya di lokasi, para wartawan yang berjumlah sebelas orang tersebut tidak langsung ke komplek Embah Dalam. Namun, mereka mampir dulu di warung kelontongan yang berada sebelah kiri pintu masuk komplek atau area makam.
“Kang kopi susunya satu,” terdengar salah satu wartawan memesan segelas kopi, yang kemudian diikuti teman wartawan lainnya.
“Dih… di sini anginnya dingin juga,” celetuk seseorang yang sambil memegang gelas yang berisi kopi panas dengan kedua telapak tangan.
“Iya nih, dinginnya menusuk tulang,” samber temen yang lainnya.
Setelah istirahat sejenak sambil menikmati kopi dan udara dingin yang hampir menusuk tulang, serta menyiapkan kelengkapan seperti kembang dan surat yasin. Kami langsung beranjak dari duduk kami lalu berjalan menuju makam Embah Dalem.
Tak lama, akhirnya kami sampai sebuah bangunan yang seperti rumah lalu semua wartawan mengambil air wudhu untuk memberishkan diri.
“Assalamualaikum,” Toni Ketua Sekretaris Bersama (Sekber) Wartawan Kota Depok mengucapkan salam sambil menyodorkan tangan ke salah satu kuncen yang ada di sana.
“Waalaikumsalam,” jawab sang kuncen dengan penuh senyum sambil menyodorkan tangannya menyambut tangan Ketua Sekber untuk bersalaman.
Terlihat beberapa orang penjiarah sedang berdoa. Kami pun duduk di belakang para penjiarah yang lain menunggu giliran untuk berdoa, setelah para penjiarah selesai lalu giliran kami berdoa yang dipandu langsung oleh sang kuncen yang dikenal dengan panggilan Abah Cecep.
Para wartawan yang terdiri laki-laki dan perempuan tersebut duduk dengan rapi sambil bersiap membuka surat yasin yang sudah dipersiapkan. Lalu, terdengar suara sang kuncen memimpin doa dengan memakai bahasa Arab dan Sunda.
Lalu, para wartawan serentak membaca surat yasin dengan penuh khidmat dengan ditemani semerbak wewangian yang begitu harum masuk kedalam hidung, entah wewangian itu berasal dari mana? Kemungkinan wewangiaan tersebut berasal dari kembang atau minyak wangi yang dipakai para penjiarah yang lain.
Hampir setengah jam kami berdoa dan membaca surat Yasin. Setelah selesai kami pun berpamitan kepada Abah Cecep untuk berpamitan pulang. Sebelum pulang, Abah Cecep menceritakan sedikit sejarah Makam Keramat Embah Dalam tersebut.
Menurutnya, bahwa Embah Dalam Batu Tulis adalah salah satu petilasan dari sekian banyak petilasan Embah Dalem.
“Salain didie di tempat lain oge seer, ngan anu didie petilasan iyeu anu terakhir (Selain yang di sini di tempat lain juga banyak, cuman yang di sini petilasan ini (Embah Dalam) yang terakhir,” terang Bah Cecep yang baru-baru ini diketahui bahwa beliau adalah keturunan Embah Dalem generasi yang ke-9.
Perlu diketahui, bahwa Embah dalam adalah salah satu tokoh Islam yang menyebarkan agama Islam di Jawa Barat khususnya di Batu Tulis, Bogor.
Petilasan Embah Dalem Batu Tulis tersebut termasuk salah salah Cagar Budaya yang ada dalam naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor. Sehingga adanya larangan keras untuk tidak melakukan pengrusakan, pencurian, memindahkan atau memisahkan bagian keseluruhan cagar budaya dari kesatuannya.
“Serta, memugar tanpa izin pemerintah (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Pasal 61, 66, 67 dan Pasal 77 ayat (5)” seperti tertulis dalam Plang yang berdiri di area komplek makam keramat Embah Dalem Batu Tulis. (Tholib)