Jakarta, Demokratis
Munardji dalam orasi ilmiahnya saat pengukuhan Profesor menyatakan, era industri 4.0 yang ditandai dengan kehidupan serba cepat dan disruptif, menyebabkan budaya masyarakat cepat marah dan putus asa, akibat besarnya tekanan dan tuntutan.
Untuk itu, dibutuhkan pemimpin yang berjiwa progresif yang menjadikan umat sebagai subjek yang harus dilayani untuk mengurangi efek negatif revolusi 4.0 itu.
Munardji membagi model kepemimpinan menjadi dua, pertama adalah etik dan kedua kepemimpinan profetik. “Kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang membawa tiga misi suci, yaitu misi humanisasi, misi liberalisasi dan misi transendensi,” katanya di Tulungagung, Rabu (9/9/2020).
Pada saat pidato di tempat yang sama, Ketua DPD Lanyala Mataliti mengungkap banyaknya kemerosotan moral generasi muda dan mentalitas para pejabat yang mengutamakan golongan dan kelompoknya.
“Dalam Islam tidak ada artinya orang kaya tapi miskin akhlak. Atau orang cerdas, tapi miskin adab karena hanya akan menimbulkan kerusakan di muka bumi,” ujarnya saat menyampaikan orasi ilmiah di IAIN Tulungagung saat berlangsung Rapat Senat Terbuka pengukuhan guru besar Profesor Munardji.
Ia mengaku terheran dengan data prilaku generasi muda berdasar sumber data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia bahwa di tahun 2018, tercatat 504 anak di bawah umur yang terlibat perkara pidana.
“Yakni 62,7% remaja SMP sudah tidak perawan. Sedang 93,7% pelajar SMP dan SMA pernah berciuman. Sementar 21,2% remaja pernah melakukan aborsi. Dan 97% remaja pernah menonton film porno,” urai Lanyala.
“Saya bersyukur mendapat kesempatan berbicara di forum lembaga pendidikan. Karena bagi saya, lembaga pendidikan salah satu bagian penting dari penentu wajah generasi bangsa. Sekaligus wajah Indonesia,” katanya. (Erwin Kurai)