Sulit mencapai negara Indonesia berkeadaban yang adil, bermartabat, dan kuat. Kita rumuskan negara masyarakat yang Pancasila yang berkemajuan. Dulu sebelum merdeka rumus itu belum ada.
Kata Ray Rangkuti seorang intelektual muda, kelompok survei Indonesia mengatakan, sebenarnya awalnya kita serahkan pada pribadi founding father Indonesia. Seperti Bung Hatta, Sukarno, Syahrir dan banyak lagi. Apa nilai-nilai itu.
Hingga Hatta ragu menjadi Wakil Presiden. Karena siapa yang mengangkat. Segolongan orang dari mana.
Demikianlah awal keluarnya Maklunat X yang kini menjadi partai-partai. Untuk memastikan sahnya atau legalnya seseorang. Berdirilah partai-partai. Demikian Ray Rangkuti mengatakan dalam Abraham Samad Speak Up Channel, 31 Desember 2023.
Ia melanjutkan, setidaknya nilai kemajuan itu terdiri dari:
Pertama, nilai legal hukum menyangkut sahnya, asalnya hukum itu.
Kedua, nilai instrumental hukum. Sering disebut orang etika, kepatutan dan keberadaban.
Dua nilai itu yang termaktub dalam lagu kebangsaan kita, bangunlah jiwanya dan bangunlah badannya. Jadi berkeadaban jiwa dan badan terbangun yang kita sebut pembangunan fisik dan mental.
Singkat kata membangun Indonesia tidak sekadar membangun fisik seperti sarana dan infrastruktur melainkan juga jiwanya yang tercermin dari etika, keadaban jujur, berkepatutan. Sekarang pertanyaannya sudah kah dilaksanakan pembangunan fisik dan pembangunan mental itu?
Jawabnya pembangunan fisik sudah kita lakukan. Walaupun dengan pinjam sana dan hutang sini. Seperti jalan tol dan jembatan.
Tetapi pembangunan mental belum. Kita rusak pada mental, pada etika. Contoh dalam politik tidak melaksanakan politik sesuai dengan nilai yang ada. Politik uang dan kekuasaan.
Lihatlah pemilu tidak jujur keadilan makin jauh. Nepotisme dan korupsi semakin marak. Law enforcement atau penegakan hukum tidak ditegakkan.
Dalam hubungan ini kita ingin mengutip Majalah Tempo yang menyebut Gibran anak haram konstitusi dan produk gagal reformasi. Dengan ungkapan itu menjelaskan hukum tidak tegak. (Abraham Samad Speak Up Channel, 30 Desesember 2023)
Hendri Satrio pakar Sosiologi di Universitas Diponegoro menyebut juga yang sama. Ibu Megawati Sukarnoputri identik yang mengapresiasi kepada orang yang menegakkan demokrasi dan hukum. Karena gunanya hukum adalah mengawal demokrasi. Demikian Megawati Sukarnoputri.
Kita sependapat untuk menegakkan hukum dan demokrasi. Berpemilu yang bermartabat dalam menuju Indonesia berkeadaban. Amiin!
Jakarta, 1 Januari 2024
*) Penulis adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta