Sungguh mengagetkan. Kabar duka itu datang begitu cepat.
Salah seorang insan pers terbaik yang rutin menjalankan tugas jurnalistik di Polda Metro Jaya, Takdir Siregar dikabarkan meninggal, Minggu (5/9/2021) pagi di RS Anna Medika, Pekayon, Kota Bekasi, karena sakit.
Semasa hidup, ia dikenal sebagai sosok wartawan yang kritis. Namun di balik sikap tersebut, terselip gaya khasnya yang kerap menebar candaan terhadap setiap orang yang mengenalnya.
Buktinya, pada Sabtu, 4 September 2021 malam, pria yang bekerja pada media cetak Harian Lampu Hijau (Rakyat Merdeka Group) ini masih sempat melontarkan leluconnya di salah satu grup WhatsApp media wartawan peliputan Polda Metro.
“Sory numpuk nih, ga sempat share. Caplok sana saplok sini ajalah. Iya Opah, tp gimana masih bikin berita…,” tulis Takdir menimpali pernyataan yang lain di akhiri dengan emoji tertawa.
Sebelumnya, Takdir juga membagikan ke grup yang sama, foto Surat Izin Mengemudi (SIM) A dan C yang baru saja ia peroleh.
“Menunggu seharian nih, lulus teori dan praktik.”
Kegemarannya dalam hal bercanda pun tak terlupakan bagi rekan sesama pewarta.
“Beliau sosok humoris kocak dan apa adanya, tidak pernah membedakan antara junior dan senior serta tidak memandang media, kritikannya yang terkesan mencolok yang menjadi ciri khasnya. Selamat Jalan Opung Takdir,” kata Herzan.
Insan pers lainnya, Danang Fajar juga tak menyangka jika mimpi tentang ‘nasib’ menjadi penuturan terakhir kali yang ia dengar langsung.
“Belakangan sering denger dia ngomong, nasib orang enggak ada yang tau, malam ini bisa dia, dia atau bahkan kita (nunjuk orang yang ada di Balai Wartawan Polda Metro) yang meninggal. Sambil mengeluarkan ketawa-ketawa khasnya,” ucap Danang.
Memori kebersamaan dengan kenangan sejak belasan tahun silam juga terbersit di pikiran Sadono Priyo, wartawan suarakarya.id.
Dia bilang, Takdir kala muda sangat bersemangat dalam menyusun karya jurnalistik. Bahkan, sampai bermalam di Mapolda Metro Jaya.
“Saya mengenal Takdir sejak 20 tahun lalu. Dia wartawan di harian Lampu Merah. Saat masih bujangan sering tidur di balai wartawan. Tak jarang dia kerap nemu berita eksklusif, dan membuat geger pemberitaan. Dia juga aktif di ke pengurusan FWP (Forum Wartawan Polri) dan menjadi panitia kegiatan,” tutur Dono, demikian ia biasa disapa.
Dono mengungkapkan bahwa ada janji yang belum terlaksana dengan selamat tentang pantai. “Khusus kenangan dengan kemenangan, karena musim pandemi sebenarnya saya dan dia berencana mandi di pantai Ancol, untuk kesehatan. Tapi, rencana ini belum kesampaian, tiba-tiba di panggil Sang Khalik. Saya cukup besar. Dan semoga Takdir beristirahat dalam damai Tuhan,” jelasnya.
Ucapan belasungkawa pun turut disampaikan oleh dua mantan Ketua Forum Wartawan Polri (FWP) Gardi Gazarin dan Naek Pangaribuan.
“Selamat jalan kawan. Engkau teman yang baik dan selalu ceria. Sampai ke rumah Bapa dan kekal untuk selamanya. Amin,” ujar Gardi.
Sedangkan Naek Pangaribuan terkenang tentang kegigihan dalam menjalankan profesinya.
“Baru liat WA. Baru pulang ibadah. Kaget Lae Takdir telah menyajikan kita semua. Wartawan gigih, selamat jalan lae Takdir. Turut sukhaekha,” tandas Naek.
Di baliknya, Takdi Siregar wafat pada usia yang ke-48 tahun. Ia meninggalkan seorang istri dan seorang putri yang baru saja memulai pendidikan Sekolah Dasar (SD).
Selamat jalan senior, kawan, sahabat kami Takdir Siregar. Kebaikan serta guyonanmu selalu kami kenang. Kini, Pojok Semanggi Balai Wartawan Polda Metro Jaya akan sepi. Tiada lagi candamu. (Albert Siregar/Red)