Kota Banjar, Demokratis
Sejumlah orangtua siswa SD yang baru saja lulus kecewa berat karena anak mereka banyak yang tidak diterima di SMPN 4 Banjar meskipun siswa yang berprestasi di sekolah masing-masing. Akibatnya, siswa yang tidak diterima itu pun jadi down dan tidak mau lagi melanjutnya pendidikannya.
Hal ini dialami oleh Febia Pratama Putri yang juga merupakan alumni SMPN 4 Banjar yang terus berjuang agar adiknya Alfin Adilah dapat diterima di SMPN 4 Banjar dengan membuat surat memohon kepada pihak panitia PPDB di SMPN 4 Banjar untuk menutut keadilan.
“Mengapa yang mendaftar ke SMP 4 tahun ini diperbanyak dari segi zonasi, ya, pak? Apakah tidak menutup kemungkinan jika anak-anak yang memiliki berbagai prestasi merasa sedih ketika tidak diterima di SMP 4?” ungkapnya dalam kutipannya.
Putri mengatakan, panitia PPDB seharusnya membuat pertimbangan yang lebih dalam lagi. Sebab, adiknya memiliki prestasi akademik yang baik dan hal tersebut dibuktikan dengan selalu mendapat peringkat di kelas namun tidak diterima oleh SMP 4.
“Dan jika dari segi zonasi, rumah saya tidak begitu jauh, pak, jaraknya pun tidak mencapai 2 km. Mengapa sampai-sampai adik saya tidak diterima?” tanyanya.
Menurutnya, penerimaan siswa baru untuk SMP 4 juga sudah ditutup sehingga banyak sekali siswa berprestasi yang ditolak dan tidak diterima karena hanya sistem zonasi.
“Mohon pak penjelasan dan pertimbangannya? Saya mungkin tidak tahu siapa yang memegang sistem PPDB SMP 4, tapi saya mengenal bapak,” katanya lagi.
“Saya harap keluhan saya bisa diterima dan diperjelas.”
Dikatakan, setiap orangtua pasti akan merasa sedih ketika anaknya tidak masuk sekolah yang sudah diimpikan sebelum lulus. “Saya mengerti setiap tahun selalu saja ada perbedaan dari segi penerimaan siswa baru, dulu saya masuk SMP 4 tahun 2015 dengan sistem ujian tulis, beserta wawancara dan tes mengaji. Mungkin tahun ini berbeda, tapi cobalah pertimbangkan lagi pak nasib adik saya, adik saya memiliki prestasi. Dan bahkan jika sistem penerimaan siswa baru pada tahun saya diberlakukan pada tahun ini, mungkin adik saya juga akan terpilih, dan diterima,” katanya lagi.
“Mohon petimbangannya, pak, baik dari bapak ataupun dari guru-guru lainnya yang memegang sistem PPDB SMP 4. Bayangkan, pak, adik saya tidak ingin sekolah jika selain di SMP 4.”
Lain lagi dengan orangtua Fatma Sari lulusan SDN 1 Rejasari. Karena kecerobohan seorang guru yang mendaftarkan anaknya akhirnya tidak diterima di SMPN 4 Banjar meskipun siswa berprestasi dan rangking tiga di sekolahnya.
Sementara itu, Kepala SDN 1 Rejasari Holipak SPd saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat 16/7/2012, menjelaskan bahwa pelaksanaan pendaftaran PPDB langsung diurus oleh wali kelas VI. “Ketika kami mendaftarkan dari pihak panitia tidak menerangkan jumlah kuota yang diterima dan tidak memberi pengumuman ketika ada kelebihan kuota zonasi ketika jarak akan dikurangi dan kami tidak dapat konfirmasi itu,” terang Holifah.
Herdis guru wali kelas VI yang mendaftarkan siswa secara kolektif menjelaskan bawa orangtua sudah menyerahkan pendaftaran sepenuhnya kepada mereka.
“Sebelumnya kami berusaha menanyakan berapa jarak radius zonasi ke panitia PPDB tapi tidak menjawab. Maka berdasarkan pengalaman tahun yang lalu anak-anak yang berada di sebelah timur sekolah ini biasanya selalu masuk,” ucapnya.
“Tapi tahun ini berlainan ternyata tidak masuk dan kami pun sudah menanyakan kepada pihak panitia PPDB alasannya karena yang masuk jalur zonasi terlalu membludak. Dan yang jadi perhitungan tahun kemarin radius 1,5 km sekarang hanya radius 1,3 km saja yang bisa keterima,” jelas Herdis.
Berdasarkan hal tersebut pihak pendaftar banyak yang terkecoh dengan jalur pendaftaran karena ada empat jalur yang bisa dilaksanakan yaitu, zonasi, afirmasi, perpindahan dan prestasi.
Ketika sistem sudah mengatur dan sudah baku dilaksanakan sesuai prosedur terus siapa yang disalahkan ketika ada yang dirugikan? (Den/Jun)