Tapanuli Selatan, Demokratis
Lokasi SD Negeri 100215 Mosa Julu sekitar 60 km dari ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan di Sipirok. Sehingga wartawan maupun NGO jarang berkunjung ke Mosa Julu karena lokasinya juga berada di kawasan hutan. Mau tak mau beberapa kali kepala sekolah ditempatkan di sekolah tersebut tidak menutup kemungkinan diduga kuat gemar “mengolah” anggaran dana BOS untuk kepentingan pribadi dengan melibatkan guru.
“Seperti yang terjadi sekira akhir tahun ajaran 2021/2022 lalu, yakni pungli uang ijazah kelas 6 sebesar Rp30.000 per siswa yang dikutip oleh guru kelas VI,” ujar sejumlah siswa kelas VI SD Negeri 100215 Mosa Julu.
Di tahun 2024 lalu, sejumlah orangtua siswa juga mengatakan bahwa anaknya pernah menerima uang bantuan BSM ketika duduk di kelas 3 dan diterima Rp400 ribu saja. Setelah itu tidak mendapat lagi, dan bantuan itu diambil di rumah salah seorang guru berinisial H.K, S.Pd.K.
Hasil monitoring dan liputan beberapa wartawan yang tergabung di dalam Tim Pers Tabagsel, banyak ditemukan kejanggalan di dalam penggunaan dana BOS sebelum TA 2025, seperti: Biaya perawatan sekolah seperti pengecatan sekolah, jendela ruang belajar muka belakang sekitar 90 persen pecah dan tidak diperbaiki, daun pintu, banyak yang rusak, sementara dana BOS untuk perawatan sekolah terus dianggarkan.

“Untuk mewujudkan proses belajar mengajar (PBM) di sekolah, maka prasarana dan sarana sekolah itu harus bagus, seperti ruang belajar, sehingga proses PBM tersebut merasa nyaman dan lancar,” terang Pak Regar selaku Ketua Komite Sekolah.
Lebih lanjut disampaikan bahwa sebenarnya kepala sekolah lama Pak Sian Siregar itu jauh lebih baik dari pada Pak Suropati Siregar (Kepala SD Negeri 100215 Mosa Julu), karena Komite Sekolah difungsikan, sementara Pak Suropati tidak difungsikan.
“Saya yakin tanda tangan saya pun diduga kuat telah dipalsukan, papan informasi penggunaan dana BOS pun tidak ditulis, sehingga kepala sekolah tidak transparan dalam penggunaan dana BOS,” tegas Ketua Komite pada wartawan.
Sementara Kades Mosa Julu Iran Soleh Harahap mengaku sudah muak mendengar informasi dari masyarakat atau orangtua siswa terkait perlakuan kepala sekolah yang mana guru banyak yang tidak masuk, sehingga siswa banyak yang tidak belajar.
“Kemudian bila dilihat dari absen kehadiran guru, ada guru yang bernama Ahmad Fauzi Tanjung warga Sigalangan sudah lama tidak masuk kerja dengan alasan sedang tugas luar untuk pendamping siswa,” tegas Pak Regar dan Ibu Ritonga.
Pak Suropati Siregar selaku Kepala Sekolah 100215 Persiapan Mosa Julu saat dikonfirmasi lewat surat tidak dibalas, bahkan dengan chattingan atau SMS juga pun tidak pernah dibalas. (UNH)