Oleh Masud HMN
Masa depan partai politik Islam memprihatinkan. Ini terlihat pada tidak masuknya Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ke perlemen. Disebabkan tidak mendapatkan suara minimal pendukung empat persen.
Dengan indikator itu ke depan partai-partai Islam itu adalah gelap. Atau kondisinya mempriartinkan. Meskipun masih ada partai Islam seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Kesimpulannya kalau politik Islam adalah dengan partai politik dan partai politik Islam yang ada partai-partai Islam di luar perlemen, dua dalam perlemen dan ada yang lain partai ada di luar perlemen. Pertanyaannya bagaimana perjuangan partai politik Islam masa yang akan datang. Adanya dua partai yang ada kursi di perlemen dengan kekuatan kecil. Tentu tidak memadai.
Dalam hubungan ini menarik perhatian topik yang membahas hari depan politik Islam dengan usulnya penting untuk dalam rangka merumuskan politik masa yang akan datang. Tujuannya untuk memberi arti politik Islam di negara ini.
Menurut pandangan penulis ada dua, yaitu:
Pertama, terima kenyataan ini. Namun terus bersabar. Sebab masih ada partai Islam meski kalau di segi pengaruh amat kecil. Tidak menentukan di perlemen (DPR).
PKS adalah partai yang berasas Islam yang mau menegakkan nilai-nilai islam. Juga PKB mememakai Islam dari kalangan Nahdatul Ulama (NU). Juga Partai Amanat Nasional (PAN) berasal dari kalangan Muhammadiyah. Semua partai itu tergolong kecil pengaruhnya meski dihimpun menjadi satu. Ditambah lagi ketidakkompakan kalangan partai tesebut. Maka menjadi lengkaplah kelemahannya.
Kedua, mengoptimalkan moral etik perjuangan baru di luar pemerintah. Misalnya gerakan sosial dan pendidikan, ekonomi seperti apa kegiatan yang dilakukan organisasi Muhammadiyah. Tak hanya berpangku tangan melainkan bergiat mencari terobosan kegiatan baru yang memajukan.
Satu misal gerakan ekonomi syariah yang digelontorkan Muhmmadiyah. Membangun bank syariah yang beorientasi ekonomi rakyat. Membangun rakyat lapisan bawah.
Sebuah contoh dari gerakan rakyat yang memajukan. Gerakan yang boleh membawa keuntungan bagi lapisan bawah. Selama ini banyak dilupakan lantaran mementingkan pengusaha besar.
Ke arah inilah gerakan yang harus digiatkan. Gerakan moradan etik yang baru. Sesuai dengan konsep syariah. Bersesuaian dengan keperluan dan kebutuhan saat ini.
Semua itu dengan penuh keyakinan bahwa ada yang salah akan kalah dan yang benar akan menang. Kita harus percaya kepada ajaran Islam. “Orang yang percaya kepada yang tidak nyata (ghaib), mendirikan shalat, dan menafkah kan reski yang diberikan. Surah Al Baqarah ayat 1-2)”
Tekanannya pada kalimat percaya pada yang ghaib, kita percaya mungkin ada hikmah yang kalau pun kita kalah terima saja, seraya jangan berhenti beruasaha.
Karena dengan sabar kita menjadi kuat. Kesabaran amat berharga. Lebih berharga dari pada emas.
Jakarta, 27 Juni 2024
Penulis Dr Masud HMN Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta