Rabu, Desember 17, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Pasca Banjir Bandang Rumah Warga Tersapu Bersih

Tapsel, Demokratis

Bencana banjir bandang yang terjadi pada hari Selasa, 25 November 2025 lalu, melanda tiga desa di wilayah Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Provinsi Sumatera Utara (Sumut), yakni Desa Garoga, Desa Hutagodang, dan Desa Aek Ngadol mengakibatkan rumah warga tersapu bersih.

Desa Garoga menjadi salah satu desa terparah yang terdampak banjir dan tanah longsor.

Akses jalan penghubung utama di Desa Garoga itu terputus berbentuk sungai akibat kayu gelondongan yang terbawa arus di jembatan sungai Desa Garoga dan sungai Desa Anggoli tersumbat, batas wilayah Tapsel – Tapteng.

Bencana ini membuat warga terpaksa mengungsi.

Jalan utama yang menghubungkan Tapsel dan Tapteng lumpuh karena terendam lumpur juga ratusan rumah penduduk juga ikut terdampak.

Selasa, 25 November 2025 adalah hari yang bersejarah yang memilukan bagi mereka warga Desa Garoga, Desa Hutagodang dan Desa Aek Ngadol banjir dan longsor menghantam desa mereka.

Desa Garoga adalah desa paling ujung di Tapanuli Selatan (Tapsel) yang berbatas dengan Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) berdekatan dengan Desa Hutagodang, dan Desa Aek Ngadol yang juga terhapus banjir dan longsor.

Tiga desa ini sekarang mencekam, kondisinya hampir mirip dengan pasca tsunami yang melanda Aceh 2004 silam.

Rumah penduduk hampir rata dengan tanah setelah tersapu banjir dengan serpihan kayu dan balok gelondongan.

Mobil dan sepeda motor juga terbawa arus banjir dan hanya ada beberapa rumah yang tersisa berdiri.

Dalam kejadian itu tidak ada yang bisa diselamatkan.

Banyak warga yang kehilangan anak, ibu, ayah, dan sanak saudara.

Mereka tidak memiliki apa-apa yang tersisa hanya baju basah yang melekat di badan.

Rahmad Siregar (59) salah warga Desa Hutagodang menceritakan kejadian itu kepada Demokratis, Selasa (16/12/2025).

Kesaksiannya menceritakan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnnya pada peristiwa kelam itu.

“Kejadiannya di hari Selasa, 25 November 2025. Airnya pertama sekali kecil sebatas lutut orang dewasa, lalu bertambah sehingga air meluap. Kayu-kayu besar terbawa arus, makanya rumah kami serta rumah warga lainnya juga hancur seketika,” ucap Rahmad.

Rahmad Siregar menceritakan, untuk menyelamatkan diri mencari tempat yang tinggi agar bisa selamat dari luapan banjir dan longsor. “Sangat sedih kalau diingat-ingat,” ucapnya.

Saat kejadian itu yang terpenting baginya bisa selamat bersama anak dan istrinya.

“Saat itu saya hanya bisa pasrah, tidak ada yang tersisa hanya baju di badan, tapi hendak dikata,” ungkapnya sedih.

Ia mengatakan, tinggal di Desa Hutagodang sudah berpuluh-puluh tahun, baru kali ini terjadi banjir di desa ini.

Nuruddin Hutapea putra Desa Hutagodang. Foto-foto: Demokratis/MH

“Pernah banjir, tapi inilah yang paling parah,” tuturnya.

Rahmad mengaku tidak mampu membahas lebih jauh terkait banjir bandang di desa kelahirannya yang ia tempati.

“Rumah warga hancur, sekolah hancur, ke depannya jadi apalah kampung ini,” katanya dengan sedih.

Nuruddin Hutapea yang tinggal di Sibolga sebagai putra daerah lahir di Desa Hutagodang ketika turun ke lapangan melihat material kayu gelondongan dalam jumlah besar terbawa luapan sungai Desa Garoga dan sungai Desa Anggoli menimpa rumah warga.

Ia pun mempertanyakan sampai kapan Presiden RI Prabowo memakai Raja Juli Menteri Kehutanan (Menhut) yang telah menyakiti hati rakyat pasca banjir bandang yang melanda di tiga provinsi yaitu, Sumut, Aceh, Sumbar.

Bahwa pernyataannya bahwa kayu yang terbawa arus banjir kayu lapuk.

Namun fakta di lapangan diduga kayu yang terbawa arus banjir adalah kayu gelondongan, kayu dari hasil tebangan liar, serta pembukaan lahan sawit oleh perusahaan yang membuka lahan di hulu sungai garoga.

“Penyebab terjadinya banjir bandang dan tanah longsor disebabkan perambahan hutan, sogokan yang dimakan makanya hutan makin gundul,” sebut Nuruddin yang akrab disapa Uwong itu.

Ia juga menyebutkan, di Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) hutan lindung yang selama ini semakin gundul juga penyebab terjadinya banjir bandang di wilayah Batang Toru.

“Saya Nuruddin Hutapea putra daerah Batang Toru (Tapsel) lahir di Desa Hutagodang tinggal di Sibolga minta ketegasan Pak Prabowo untuk menghentikan aktivitas tambang di daerah tersebut,” katanya menegaskan.

Dari pantauan, terlihat material kayu dalam jumlah besar kayu gelondongan terbawa luapan sungai Desa Garoga sehingga menyapu permukiman warga.

Warga menyaksikan rumah dan harta benda mereka tersapu oleh banjir. (MH)

Related Articles

Latest Articles