Kota Depok 32 km selatan Jakarta semula dikenal sebagai Kota Belimbing. Kini meski tak banyak lagi kebun belimbing, tapi kini tetap jadi branding atau simbolnya. Karena perjalanan waktu banyak yang lupa sejarah, atau tokoh pejuangnya. Maka perlu diketahui pejuang Kota Depok itu bernama Margonda.
Sebuah jalan besar Lenteng Agung Jakarta Selatan ke Kota Depok amat terkenal berawal dari Universitas Indonesia (UI) memanjang hingga kantor kepolisian (Polres) Depok. Jalan itu adalah Jalan Margonda.
Sesungguhnya nama itu tidak sekadar nama biasa. Itu adalah nama seorang pejuang yang gugur pada 16 November 1945. Seorang putera kelahiran Bogor. Gugur sebagai pejuang kemerdekaan dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Bogor.
Sejarah awal perjuangan dimulai pada tahun 1940 Margonda selesai menamatkan Sekolah Kimia Atas di Bogor. Ia masuk latihan Perhubungan Udara Belanda. Namun kemudian Belanda kalah oleh Jepang. Pendidikannya terhenti sampai di situ saja. Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Ia kemudian terlibat dalam perjuangan mencapai Indonesia merdeka.
Tak tanggung-tanggung, Margonda ikut mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) melawan Jepang. Kegiatan menuju Indonesia merdeka merupakan kesadaran pemuda wilayah Depok dan Bogor.
Kisah perjuangannya berakhir saat ia gugur sebagai pejuang muda dalam usianya 45 tahun. Melakukan perlawanan terhadap tentara penjajah negara matahari terbit dalam sebuah pertempuran.
Seperti ditulis Republika 13 April 2013, kisah kepahlawanan lelaki yang berjuang membentuk barisan rakyat BKRS di kawasan Depok dan Bogor ini punya semangat juang tinggi. Perlawanan yang dilakukannya menunjukkan tak gentar melawan pemerintah Jepang. Hal itu menjadi bukti nyata bahwa bangsa Indonesia bukan bangsa pengecut. Atau bangsa yang membiarkan penjajah.
Sebuah akibatnya diterima. Ia tewas dalam satu pengejaran oleh Jepang setelah mencoba melempar granat ke markas pos tentara Jepang di Pancoran, Jakarta Selatan. Ia dikejar oleh tentara Jepang dan tertembak di daerah Margonda City Depok sekarang.
Kematiannya menghiasi kisah Kota Depok sekarang ini. Spirit untuk merdeka, mencapai kebebasan di bawah pimpinan dan usaha bangsa pribumi sendiri. Tak pelak lagi sejarah tersebut menjadikan kota dengan penduduk 1.886.890 jiwa di bawah Wali Kota Mohammad Idris di bawah motto Panca Dharma dapat melangkah kedepan menjadi kota yang indah dan berkemajuan.
Dalam usianya yang 22 tahun diresmikan 27 April 1999 berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentu saja banyak kemajuan. Gedung menjulang tinggi, pertokoan modern telah menghiasi Kota Belimbing ini. Ada Universitas Indonesia dan Universitas Gunadarma jelas membuat Kota Depok telah berfungsi menjadi penyangga kota Jakarta yang padat.
Sebagai warga yang tinggal selama 31 tahun di sini, Kota Depok adalah Jakarta Selatannya DKI Jakarta diindikasikan oleh hal berikut:
Pertama, kota pendidikan dan budaya dengan adanya beberapa universitas penting.
Kedua, kota kediaman (residence) bagi penduduk yang bekerja di Jakarta. Lebih menjanjikan dari Bekasi dan Tangerang, yang padat dan panas.
Ketiga, sebagai kota bisnis, usaha kecil menangah karena ada transportasi jalan tol dan kereta api dan ramainya penduduk.
Ketiga indikator ini telah menjadikan Kota Depok penting dan memberi harapan. Kota Depok menjanjikan sebagai kota tinggal, kota pendidikan dan kota bisnis usaha kecil dan menengah.
Akhirnya Pak Wali Kota Mohammad Idris dan segenap jajarannya dapat memberi penanganan prospek kemajuan pada warganya. Semoga!
Jakarta, 2 Oktober 2021
*) Penulis adalah Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta. e-mail: masud.riau@gmail.com