Bogor, Demokratis
Satu miliar satu desa (Samisade) yang diprogramkan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bogor dimanfaatkan Pemerintah Desa (Pemdes) Cibeuteung Udik, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, untuk membuka dan membangun akses jalan roda empat hingga perkampungan.
Pembangunan jalan roda empat diprioritaskan di dua titik, yakni di Kampung Cisuuk RT 03/04/02 dengan panjang 769 meter, lebar 2,5 meter dan tinggi 10 cm. Sedangkan titik yang kedua tepatnya di Kampung Cilontung RT 04/01 dengan panjang 270 meter, lebar 2,5 meter dan tinggi 10 cm.
Alek TPK pembangunan jalan kepada Demokratis mengatakan dengan adanya program Samisade pambangunan infrasturuktur khususnya untuk pembangunan jalan di Desa Cibeuteung Udik dapat ditingkatkan.
“Ketika jalan dibangun jelas perekonomian masyarakat akan meningkat karena jalan akan menunjang untuk sarana transportasi masyarakat,” ujarnya saat ditemui di lokasi pembangunan, baru-baru ini.
Sementara Kepala Desa (Kades) Cibeuteung Udik Bambang Indra Gunawan mengatakan, awalnya pembangunan jalan roda empat tembus perkampungan yang sudah padat pemukiman itu hanya mimpi dan mustahil terealisasi. Namun dengan keinginan kuat warga untuk mewujudkan terciptanya jalan roda empat hingga perkampungan menumbuhkan semangat untuk bersama-sama membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil selama ada keinginan dan kerja keras.
“Berawal dari mimpi kita bersama yang mustahil untuk membangun jalan roda empat masuk perkampungan. Tapi dengan adanya program Samisade sekarang kita bangkit dan bangun untuk memujudkan mimpi kita bersama,” ungkap Kang Bambang sapaan akrabnya saat melakukan kegiatan sosialisasi program Samisade.
Bambang menjelaskan, pembangunan jalan betonisasi kampung yang ada di wilayah Desa Cibeuteung Udik ini adalah harapan semua masyarakat, dan dirinya atas nama pemerintah desa sudah menjalankan tugas sesuai dengan Juklak dan Juknis.
Bambang juga mengajak semua warga bersama-sama membantu terealisasinya program pembangunan jalan Samisade di Kampung Cisuuk dan Cilontung ini. “Saya mengajak untuk menumbuhkan kembali semangat gotong-royong dalam pembangunan jalan ini. Jangan karena adanya anggaran padat karya tunai desa (PKTD) menghilangkan budaya gotong-royong,” tegasnya.
“Dengan adanya jalan roda empat, warga dengan mudah belanja dan membawa hasil produksi kerajinannya, mempermudah evakuasi warga yang sakit dan banyak lagi manfaatnya. Yang pasti, harga tanah menjadi lebih mahal,” pungkasnya. (Rahmat)