Konsep itu sangat bagus didambakan. Semua kita mengharapkannya. Tapi Bisakah terjadi?
Adanya pemilihan umum satu putaran saja memang ideal. Menyebabkan Prabowo Subianto dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) bergerak mencari koalisi besar. Tidak sekadar PartaiĀ Gerindra, Partai Bulan Bintang (PBB), melainkan juga Partai Golongan Karya (Golkar) dan lain-lain. Dengan koalisi besar, pemilihan presiden diharapkan dapat berlangsung sekali putaran.
Tetapi apakah koalisi besar parallel dengan harapan jadi besar. Besar atau malah menjadi ambyar (brantakan). Kata pengamat politik Ray Rangkuti. Sebab pendapat dia tidak otomatis kelompok besar jadi banyak pendukung.
Sebab pemilihan presiden terpisah dengan pemilihan legislatif, atau pemilihan anggota perlemen. Bisa terjadi partainya menang tapi presidennya kalah. Lantaran belum tentu sama suara mendukung partai koalisi dengan calon presiden yang diusung partai.
Lebih tegas lagi pendapat teman saya apakah partai yang mengusung Ganjar Pranowo (GP) akan pula memilih Prabowo Subianto (PS) kalau misalnya berkoalisi.
āApakah mungkin GP menjadi Presiden bergabung dengan PS calon Wakil Presiden,ā tanya kawan saya itu. Ia meragukan. Walau itu bisa terjadi.
Memang benar pemilihan satu kali putaran itu adalah amat ideal. Mengurangi biaya, tenaga dan waktu. Semua kita akan setuju.
Namun tidak mudah. Konsep demikian ibaratkan mengharapkan hujan dari langit. Penuh harap dan yang diinginkan. Semua kita. Namun bisakah itu terlaksana
Yang kita lihat dan ketahui inilah yang mendorong. Mendorong mencapai koalisi yang besar āwara-wiriā, didukung banyak partai. Dengan banyak partai elektabilitas menjadi naik.
Kita lihat saja nanti yang akan terjadi. Sekarang belum tahu. Terhadap hasil koalisi wara-wiri ini apakah peimilihan presidan satu kali putaran.
Simpulan kita koalisi wara-wiri itu untuk mencari kemenangan masih tanda tanya. KitaĀ sependapat dengan Ray Rangkuti untuk mengatakan diaharapkan besar malahan yang terjadi ambyar, berantakan. Waktu sudah kian mendekat.
Jakarta, 23 September 2023
*) Penulis adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta