Oleh Masud HMN
Spiritualitas ihsan sebagai pencerahan perlu kita pahami secara medalam. Supaya amal perbuatan sejalan dengan awal cita-cita kita. Yaitu membawa pencerahan berpikir.
Agar amal perbuatan yang baik dan terpuji istilahkan dengan ungkapan ihsan itu. Kata sering disejajarkan dengan aadl atau adil. Berbuatlah aadl berbuat ihsan “jakmuru naa bil makruf billati ihyaal ihsaan“.
Oleh karena itu, pertama, kita harus memahami perbuatan. Kalau ada amal perbuatan yang tidak bermanfaat dan maslahat, hendalklah kita jauhi. Lalu kalau bukan amal yang makruf harus kita tinggalkan.
Lalu yang kedua, hendaklah berbuat adil antar sesama. Janganlah berbuat tidak adil. Meskipun pada orang lain yang tidak seagama dengan kita.
Pada pada intinya bisa kita simpulkan ihsan itu amal yang kompak dan gabungan perbuatan makkruf dan aadl. Jadi ihsan harus makkruf dan mesti addl.
Ini sesuai dengan tulisan Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah bahwa anggota Muhmmadiyah harus spiritual beramal dengan ihsan. Maksudnya agar jelas bahwa perbuatan makruf. Demkian Haedar Nashir setelah panjang lebar meguraikan kata ihsan itu dalam Majalah Suara Muhammadiyah edisi 23/01/2023. Tulisan beliau yang berjudul Spiritual Ihsan Yang Mencerahkan.
Profesor Yusril Ihza Mahendra mengatakan pada intinya ajaran Islam tentang hukum itu adalah keadilan. Dalam filsafat kita pelajari demikian. Hukum yang benar adalah hukum yang sesuai dengan keadilan.
Bilamana terjadi hukum yang dilaksanakan atau tidak megacu pada keadilan, maka hukum itu cacat. Hukum yang seperti itu tidak saja bermasalah, menimbulkan carut marut dunia hukum. Kata Yusril Ihza Mahendra yang ahli hukum itu, kesimpulannya kita harus melaksanakan hukum dengan adil.
Untuk kesimpulannya adalah marilah kita menjadikan ihsan dan keadilan dalam praktek. Dengan harapan kita terhindar dari hukum yang carut marut. Semoga!
Jakarta, 2 Agustus 2024
Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta
