Berdasarkan ilmu dakwah perspektif hikmah mauidzah dan ahsan amatlah esensial. Menjadi penting karena dapat memberi cakrawala pikiran yang luas. Pikiran yang luas dan arif itu diperlukan.
Seperti dalam Al Quran surat Al Mujadalah ayat 125 terdapat dalil mengatakan yang maknanya: Ajaklah orang ke jalan Allah dengan hikmah dan mauidzah hasanah dan berdialog dengan mereka cara yang baik; Sesunggunya Allah maha pengampun dan penyayang.
Pada ayat ini jelas bahwa mengajak orang itu dengan dialog dan diskusi disertai metode atau cara-cara yang biak. Dilarang berdiskusi berdasar cara kurang baik atau kurang santun.
Sesungguhnya Tuhan itu senang memberi ampunan meski dakwahnya tidak santun. Kemudian ada terdapat kata-kata hikmah mauidzah dan ahsan. Tiga kata itu bertalian dengan cara memahami kondisi dalam pembasan satu masalah. Yaitu hikmah bijaksana atau wise, mauidzah atau santun dan hasanah yang baik dan ahsan yaitu bermanfaat.
Dalam hal itu menarik membahasnya. Politik umpamanya dikaitkan dengan pemahaman atau pemikiran mengenai kenyataan yang ada atau realitas. Antara satu fenomena tidak dapat dikaitkan hitam putih saja. Misalkan pada terminologi ideologi sukar menempatkan hitam putih saja.
Sehingga perlu terminologi atau pemahaman lain untuk menjelaskannya. Berangkat dari hikmah, mauidzah dan ahsan tadi. Yang pada intinya harus wise, lemah lembut dan baik.
Maka di sinilah urgenisinya pemahaman yang lain dalam membahas paham tersebut. Maksudnya paham atau makna konsep itu jelas. Agar terhindar dari kekuatan pemikiran.
Ada kasus yang menarik tatkala perdebatan UUD tahun l950 dengan UUD 1945. Pemahaman yang jelas dalam diskusi yang bijak antara pemimpin di Konstituante. Yaitu menghidari yang salah dan yang benar pada UUD 1950 dan mengatakan yang benar adalah UUD 1945.
Kata itu lahirlah Integrasi yang disampaikan oleh Mohammad Natsir. Semua menerima. Integrasi Natsir tidak lain intinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari undang-undang tersebut bermuara pada integrasi tidak ada kata yang salah di situ.
Di sinilah kita apresiasi konsep Islam berkemajuan melampaui debat anti TBC yang dicanangkan oleh Kyai Ahmad Dahlan ketika mula Muhammadiyah berdiri. Konsep anti TBC adalah suatu konsep brilliant dan cerdas. Namun konsep Islam berkemajuan adalah integrasi pemikiran dan pemahaman dari masyarakat desa dan kota.
Desa dengam konsep tradional dan anti TBC dan taklid datang dari Islam kota. Dua kosep taklid dan tajdid perlu terintegrasi. Jalan itu adalah Islam berkemajuan. Menjadi urgen sekarang ini karena tantangan masa depan umat manusia.
Akhirnya marilah kita menyadari konsep Islam berkemajuan adalah konsep kita hari ini. Perlu kita laksanakan. Semoga sukses mengaplikasikan konsep tersebut.
Jakarta, 2 April 2023
*) Masud HMN adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta