Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Perusahaan Sawit Berharap Tuah Pasar Domestik

Jakarta, Demokratis

Dibandingkan April 2020, produksi minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) pada Mei sebesar 3.616 ribu ton, atau turun 1,9%. Seiring sepinya permintaan dunia,

Sedangkan konsumsi dalam negeri ikut turun 1,6% menjadi 1.380 ribu ton, ekspor turun 8,3% menjadi 2.428 ribu ton. Dan, harga CPO masih menunjukkan penurunan dari rata-rata US$564 pada April menjadi US$526 per ton-Cif Rotterdam pada Mei.

Demikian pula dengan nilai ekspor CPO turun US$165 juta, dari US$1,64 miliar menjadi US$1,47 miliar. Apabila dibandingkan Januari-Mei 2019, produksi CPO dan PKO Januari-Mei 2020 adalah 19.001 ribu ton atau 14% lebih rendah.

Namun ada kabar baik dari dalam negeri di mana, konsumsi mencapai 7.334 ribu ton, atau naik 3,6%. Sedangkan volume ekspor sebesar 12.736 ribu ton, atau turun 13,7%. Namun nilai ekspornya naik dari US$7.995 juta menjadi US$8.437 juta.

“Produksi bulan Mei yang lebih rendah dari bulan April 2020 diduga masih disebabkan efek kemarau panjang 2019 dan pengaruh musiman,” papar Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dalam rilis kepada media di Jakarta, Jumat (10/7/2020).

Kata Mukti, konsumsi dalam negeri secara total, cenderung positif di tengah berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. “Salah satu peningkat konsumsi adalah oleokimia yang naik 31,4%. Konsumsi biodiesel juga meningkat sebesar 23,2%. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang konsisten dalam implementasi program B30,” jelas Mukti.

Sedangan terkait penurunan ekspor, lanjutnya, terutama terjadi pada refined palm oil yang secara umum disebabkan oleh selisih harga minyak sawit dengan minyak kedelai yang kecil. Penurunan ekspor Mei terbesar terjadi dengan tujuan China sebesar 87,7 ribu ton (-21%), EU 81,5 ribu ton (-16,62%), Pakistan 47 ribu ton (-23,4%) dan India 38,6 ribu ton (-9,2%).

“Penurunan ekspor ke China mungkin juga disebabkan meningkatnya crushing oilseed (khususnya kedelai) yang cukup besar sehingga pasokan minyak nabati China tinggi,” paparnya.

Meskipun terjadi penurunan ekspor ke beberapa negara, lanjutnya, ada beberapa negara tujuan ekspor yang menunjukkan kenaikan. Semisal, Mesir dengan 42 ribu ton atau naik 81% dari ekspor April 2020, Ukraina 31 ribu ton (+99%), Filipina 29 ribu ton (+73%), Jepang 19 ribu ton (+35%) dan Oman 15 ribu ton (+85%).

“Kegiatan ekonomi China, India dan banyak negara lain mulai pulih sehingga permintaan akan minyak nabati untuk kebutuhan domestiknya mulai naik. Kegiatan ekonomi Indonesia juga sudah mulai pulih sehingga kedepan permintaan minyak sawit untuk pangan juga akan naik mengikuti permintaan oleokimia dan biodiesel,” pungkas Mukti. (Ic/Dm)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles