Jumat, November 15, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Pilihan Raya Melaka dan Posisi Pembangkang

Pilihan Raya Negeri (PRN) Melaka yang baru usai dan Ketua Menteri Besar Melaka terpilih sudah. Sebagaimana diketahui pelaksanaan PRN Melaka itu ditandai suksesnya Barisan Nasional (BN) meraih kemenangan. Posisi pembangkang tewas dikalahkan.

PRN Melaka bermula lantaran empat orang anggota Ahli Undangan Negeri (ADUN) menarik diri dan menyatakan berhenti dari ADUN. Sikap menyatakan keluar dari ADUN menyebabkan Sulaiman Ali Ketua Menteri kehilangan dukungan mayoritas dan hilang legitimasi. Maka dilaksanakanlah PRN untuk menentukan Ketua Menteri Besar Melaka yang baru.

Dari pelaksanaan PRN seperti kita sama maklumi menghasilkan sukses besar BN dengan petahana kembali menduduki kursi semula. Sebanyak 21 kursi dikuasai dari total 28 kursi. Luar biasa yang di luar dugaan mengingat sebelumnya BN menanggung beban berat. Berupa pertikaian intern, isu rasuah pimpinan BN yang berdampak negatif ternyata tidak berpengaruh signifikan dan bahkan masih dapat meraih suara pengundi yang mayoritas mutlak.

Yang tewas bukan BN melainkan Pakatan Harapan (PH) dengan koalisi unsur Melayu, Partai Keadilan Rakyat (PKR), Partai Amanah, juga unsur Melayu, lalu Democratic Action Party (DAP) berbasis etnis Cina.

Padahal koalisi PH ini kelihatan mantap dengan isu mengangkat keadilan rakyat kesatuan perkauman. Ditambah kekokohan senior sang ideologi Islam Melayu Anwar Ibrahim yang sukar ditandingi. Ya, itulah kenyataan, pihak PH hanya memperoleh 7 kursi saja melawan 21 kursi yang dimiliki BN.

Apa yang terjadi di Melaka yaitu soal jatuh bangunnya Kerajaan serupa dengan kasus di Johor, Perak. Yaitu mosi tidak percaya dari anggota ADUN, lenyapnya legitimasi Menteri Besar.

Sama juga hal pemerintah persekutuan sendiri dalam era hasil Pilihan Raya Umum (PRU) 15 yang lalu. Yaitu telah ada pergantian 3 PM. Yakni dari Mahathir Mohammad diganti Mahyuddin Yassin dan diganti PM Ismail Sabri Yakoob sekarang. Latar belakangnya sama saja disebabkan mosi tidak percaya dari ahli perlemen. Agaknya tradisi mosi tidak percaya menjadi problem karena tidak stabilnya pemerintahan dalam bidang politik.

Dari pembentangan di atas, kita temukan (1) ada isu PRN, (2) ada indikasi instabilitas politik dengan jatuh bangunnya penguasa kerajaan. Lewat dua poin temuan di atas pertanyaannya bagaimana solusi tradisi mosi tidak percaya tersebut terhadap stabilitas politik bangun negara.

Rasa-rasanya tradisi mosi tidak percaya ini bagian tak terpisahkan dari kata oposisi yang kemudian populer dengan kata pembangkang. Ini akar masalahnya. Bila tak puas terhadap kerajaan digagaskanlah mosi tidak percaya berpindah kongsi membuat kongsi baru. Tradisi politik suka-suka. Mestinya tidak demikian.

Kita mencatat positif apa yang terjadi pada awal PM Ismail Sabri Yakoob menjadi PM yang penuh kontroversi. Namun Ketua kelompok pembangkang Anwar Ibrahim menemui PM Ismail Sabri Yakoob menawarkan kompromi. Untuk kerja sama memastikan pemerintahan dapat bekerja meski tidak masuk dalam kabinet.

Agaknya, untuk mengakhiri artikel ini, perlu disadari bahwa menangnya BN dan tewasnya PH bukanlah segalanya. Dua pihak BN dan PH masih mendapat kesempatan sama untuk berhidmat pada rakyat. Tugas bersama adalah memajukan ekonomi, mensukseskan program mengatasi pandemi Covid-19. Semoga!

Jakarta, 23 November 2021

*) Penulis adalah Doktor Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta. e-mail: masud.riau@gmail.com

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles