Hanya bebek yang berbondong jalan di tanah, sementara burung elang terbang tinggi bebas di udara. Kalimat ini hanya sekadar ingin mengawali pembicaraan dalam judul esai singkat ini. Yaitu berkait dengan konsep politik. Khususnya untuk Indonesia dewasa ini.
Pengumpamaan bebek dan elang dalam kaitan politik cocok dengan istilah ditentukan dengan tinggi dan rendah. Sama dengan politik tinggi (high politic) dan politik rendah (low politic). Sehingga makna politik menentukan dan ditentukan.
Karena untuk Indonesia yang kuat dan berkemajuan hanya dengan high politic tersebutlah nama Radja Roesli (ejaan disempurnkaan: Raja Rusli) dikenal dalam pemikiran politik. Ia dilahirkan di Desa Lubuk Jambi, Kabupaten Kuansing. Menempuh Sarjana Ilmu Pemerintahan.
Ia malang melintang dalam dunia politik pemerintahan. Mulai dari Camat, Sekretaris Wilayah (Sekwilda), Asisten Wedana, hingga Patih dan Wali Kota Pekanbaru (1971).
Seorang yang gemar belajar filsafat memang amat senang dengan politik elang dan bebek itu. Sebagai figur yang ikut belajar dengan Sutan Syahrir di masa menjabat sebagai Perdana Menteri. Raja Rusli pun duduk jadi anggota perlemen sesudah pensiun.
Raja Rusli mewakili Partai Amanat Nasional (PAN) dan sudah pasti dengan menjadi anggota partai politik banyak pengalaman di sana. Terakhir menjadi Penasehat Fraksi PAN di DPR.
Seperti disebutkan di muka pada awal pemerintahan Republik Indonesia (RI). Kemudian sempat mengikuti kursus singkat ilmu pemerintahan di Bukittinggi. Ia sempat belajar di Universitas Gajah Mada (UGM) sebelum akhirnya berangkat ke Amerika.
Temuan pada kasus politik banyak didapatkan, terutama dalam bidang administrasi dan ahlak. Simpulannya adalah politik itu hal yang rumit (complicated).
Terhadap high politic ia berpendapat sama denga Mahmud Syaltout yaitu kekuasaan pemerintahan dan digabung dengan pemikiran pribadi intelektual yang kuat. Tanpa itu politik menjadi tidak berperan.
Menurutnya, pemerintah dapat terombang ambing karena dipengaruhi oleh kapital uang, atau oleh kehendak kekuasaan. Sehingga, katanya, dapat berjalan tanpa arah.
Karena itu Islam mementingkan pribadi yang tangguh dengan dasar seperti ayat dalam surat An Nur ayat 2, berbunyi:
Tu’minu billahi wa rasulihi. Summa taqomu (Bertawakal kepada Allah dan Rasulnya dan istiqomahlah).
Maksud ayat ini agar kita tetap berpegang kepada hukum yang datang dari Allah. Seraya bersikukuhlah dengan hukum itu.
Dengan demikian, maka hukum yang paling tinggi adalah hukum yang akan datang (high politic), sementara hukum saat ini adalah low politic.
Jakarta, 20 Maret 2022
*) Penulis adalah Doktor Dosen Paskasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta. e-mail: masud.riau@gmail.com