Adalah Carl von Clausewitz menyatakan politik dan perang atau pertempuran dua hal berbeda. Belum tentu menang dari satu pertempuran menang dalam peperangan. Menang satu pertempuran belum tentu memenangkan politik.
Keunggulan politik pasti memenangkan perang. Sebagaimana menang perang pasti memenangkan pertempuran. “Peperangan terdiri dari beberapa pertempuran,” katanya.
Nama Mayor Jenderal Carl von Clausewitzs banyak dirujuk oleh para ahli militer dan politik dunia. Ia berasal dari Prusia bangsa Jerman. Ia meninggal dalam usia 51 tahun karena sakit dan meninggalkan ide tentang politik dan perang.
Politik didefinisikan secara klasik administrsai pemerintaan. Berkaitan dengan kota atau pemerintah, politik pemerintahan, kebijaksanaan kota. Kebijaksanaan politik dan sebagainya. Pada zamannya Aristotheles politik itu dikaitkan perbedaan dalam beda pendapat. (Atulio. J Echeva Varia II, Claus wizs and Compora, New York Oxpord University Press, 2007)
Secara etimologi kata politik berasal dari kata serapan bahasa Belanda berarti yaitu poititiek dan bahasa Inggris politics yang masing-masing bersumber bahasa Junani “politika”. Berhubungan dengan akar kata politities yang berarti warga negara. Anggota warga negara bangsa.
Dalam situasi sekarang politik dihubungkan dengan tujuan yang ingin dicapai. Seperti tujuan tertentu partai politik. Mencapai maksud dari kelompok tertentu. Tentu yang sejalan dengan kepentingan mereka.
Maka dapat dimengerti sesungguhnya politik itu adalah perang untuk mencapai tujuan tertentu. Hanya saja politik lebih kepada soft-nya sementara perang lebih kepada pertempuran. Sehingga politik berkait dengan strategi sementara perang kepada esensi fisik atau taktik.
Perang dan politik perpaduan antara strategi dan taktik. Dua-duanya punya berkait. Menang pertempuran belum otomatis unggul perang.
Terhadap masalah perang dan politik dalam perfektif pemilihan umum (pemilu) 2024 bisa kita ambil pokok soal sebagai berikut:
Pertama, konsep dari calon presiden. Yaitu rencana dan konsep misalnya perubahan, melanjutkan yang sudah ada. Bisa juga dengan strategi perubahan dan kelanjutan.
Kedua, sarana pendukung strategi yang lebih bersifat taktik. Merupakan bahan baku seperti sumbangan dan bantuan. Cadangan logistik selanjutnya.
Di sinilah dipentingkan unsur strategi dan taktik perang. Ini memang bukan dunia militer. Tapi perspektifnya hampir sama dengan perang militer.
Agaknya perlu kita memahami secara jelas kedudukan kata strategi dan taktik dalam perspektif politik. Tujuannya agar dapat kita mengkonsolidasikannya. Hendaknya kita mampu mebenahi mana yang perlu.
Jakarta, 8 Februari 2024
*) Penulis adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta