Aceh Tenggara, Demokratis
Yayasan Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalikin Al-Aziziyah yang terletak di Desa Semadam, Kecamatan Semadam, Agara, berdiri pada tahun 2014, sehingga usianya terhitung belum genap sepuluh tahun. Meski demikian mengalami perkembangan yang begitu cepat dan pesat. Maka tak heran santriwan-santriwatinya terus bertambah setiap tahunnya.
Pimpinan Ponpes Darussalikin Al-Aziziyah, Teungku Baruslan SPd, saat disambangi Demokratis di Ponpesnya, Rabu (6/1/2021), menjelaskan keistimewaan lembaga pendidikan keagamaan yang dipimpin.
Menurutnya, sebagai seorang muslim tentunya setiap orangtua menginginkan anaknya menjadi hafiz dan hafizah yang sholeh dan sholehah. “Selain cerdas dalam ilmu dan pengetahuan, kelak yang Insya Allah di hari akhir menjadi pembela dan penolong orangtua di hadapan Allah SWT,” ungkapnya.
Teungku Baruslan mengatakan, Ponpes Darussalikin Al-Aziziyah menekankan ustad dan ustazah untuk terus mendidik santriwan-santriwati agar dapat menjadi hafiz dan hafizah Al-Quran dan mempelajari makna dari Kitab Kuning sehingga dapat mengamalkan dan membudayakan nilai-nilai Al-Qur’an dalam sikap kehidupan sehari-hari.
“Kami tidak mau satri yang lulusan Darussalikin Al-Aziziyah kedua pelajaran Islam itu mereka tidak kuasai,” sebut Teungku Baruslan.
Saat melanjutkan ke tingkat pendidikan berikutnya, tambah Teungku Baruslan, santriwan-santriwati Ponpes Darussalikin Al-Aziziyah harus sudah menguasai tahfizh Al-Qur’an dan Kitab Kuning. Menurutnya, hal itu juga ditekankan kepada ustadz-ustadzah agar jangan sampai ada santriwan-santriwati yang tidak menguasai tahfizh Al-Qur’an dan Kitab Kuning.
“Bahkan saya langsung ke santri memperketat bahwa tahfizh Al Qur’an dan Kitab Kuning menjadi pelajaran andalan pesantren ini,” tambah Teungku Baruslan serta menjelaskan bahwa tahfizh Al Qur’an adalah mengartikan isi dan menterjemahkan serta menghafal Al Qur’an.
Dikatakan, untuk menjadi tahfizh Al Qur’an dan pelajaran Kitab Kuning hingga hukum fikih santriwan-santriwati harus memiliki ketekunan dan kegigihan.
“Sementara Ponpes Darussalikin Al-Aziziyah pada pelajaran yang normal, setingkat SMP panduan tetap kita sesuaikan dari Dinas Pendidikan Kebudayaan, karena nama sekolah terdaftar di sana,” ujar Tuengku Baruslan.
Di akhir perbincangannya, Pimpinan Ponpes Darussalikin Al-Aziziyah Tuengku Baruslan pun memperkenalkan dirinya kepada Demokratis. Ia mengaku asli dari suku Lampung. Pada tahun 2008 pertama kalinya, Tuengku Baruslan menginjakan kaki ke Aceh Tenggara dan sempat tinggal di Desa Titi Pasir Semdam.
Tuengku Baruslan juga mempromosikan usaha travel umroh yang sudah ia jalankan dari tahun 2017-2018. “Jika ada saudara kita yang nanti mau umroh, boleh daftarkan diri ke travel kami atau bisa langsung datang ke Pondok Pesantren Darussalikin Al-Azizyah,” ungkapnya.
Meski demikian bukan berarti Tuengku Baruslan tidak memiliki harapan terhadap Pondok Pesantren Darussalikin Al-Azizyah. Ia mengharapkan perhatian pemerintah terkait untuk pembangunan ruang kelas baru (RKB) mengingat saat ini santriwan-santriwati Pondok Pesantren Darussalikin Al-Azizyah jumlahnya terus bertambah.
“Besar harapan kami kiranya pemerintah maupun dermawan untuk mengulurkan bantuannya untuk pembangunan di Pondok Pesantren Darussalikin Al-Azizyah,” harapnya. (Tim)