Minggu, September 29, 2024

Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH Menjadi Khatib Khutbah Idhul Adha di Lapangan Kantor Balaikota Payakumbuh

Payakumbuh, Demokratis

Dalam sebuah undangan resmi Sekda Payakumbuh dengan nomor surat: 400.B.1/442/kesra 2024. Perihal permohonan menjadi khatib sholat hari raya Idhul Adha 1445 H. Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH tampil menjadi khatib pada hari Senin, tanggal 17 Juni 2024 jam 07.30 Wib s/d selesai. Dalam kutipan khutbahnya Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH menuturkan bahwa:

Ibadah haji dan qurban selalu mengingatkan kita kepada peristiwa-peristiwa tertentu yang pernah dialami Nabi Ibrahim dan keluarga; Siti Hajar dan Nabi Ismail. Sebagai ‘Bapak’ dari agama-agama monotheisme, Nabi Ibrahim dan keluarga beliau telah menunjukkan tauladan yang terbaik bagi umat manusia.

Pertama; untuk menegakkan kalimat tauhid, beliau harus berhadapan langsung dengan ayah kandungnya Azar, seorang pembuat patung yang musyrik. Kemudian beliau juga harus berhadapan dengan raja Namrud, yang mengaku sebagai Tuhan, Ibrahim divonis, dibakar hidup-hidup. Namun Allah menyelamatkan beliau ;

ب َرْدًا كُونِ نَارُيَ ق ُلْنَا مًا وَسَلَ عَلَىهِيمَإِب ْرَ

Artinya: ”Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan

menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”. (sehelai bulu

pun tidak disentuh oleh api tersebut)

Hadirin yang mulia, peristiwa tersebut menjadi i’tibar

bagi kita untuk mempertahankan aqidah adalah suatu kewajiban setiap pribadi yang tidak bisa ditawar-tawar. Tidak dengan harta, jabatan dan segala macam yang berbentuk materi, tidak pula dengan orangtua dan anak belahan jiwa. Perjuangan dalam memelihara dan memegang teguh keyakinan kepada Allah, sehingga tidak dicemari dengan perbuatan yang tidak diredhai-Nya, itulah yang disebut dengan sikap istiqamah. Sikap teguh, laksana batu karang di ujung pulau, dihempas ombak dan gelombang, bertambah kuat hempasan ombak, bertambah kokoh karangnya. Bagaikan pohon di tengah padang, diterpa angin dan badai setiap saat, terhoyong ke kiri dan ke kanan, makin

terhunjam akarnya ke petala bumi. Nabi Ibrahim dalam tafsir disebutkan telah berumur 80 tahun belum dikaruniai seorang anak maka Ibrahim berdo’a ”rabbi habli minassholihin” Ya Tuhan karuniai lah aku anak yang sholeh. Sudah sekian lama do’a Iibrahim tersebut dikabulkan Allah swt ”Fabasyyarnahu bighulaminalim”. Telah hamil Siti Hajar dan lahirlah seorang anak yang diidam-idamkan.

Kedua : Pergumulan batin yang amat berat dialami Nabi Ibrahim adalah ketika menerima perintah untuk menyemblih anaknya, Ismail as. Darah daging si buah hati, yang ditunggu kelahirannya selama delapan puluh tahun

lebih, anak yang baru berusia remaja awal, pintar dan menggemaskan. Milik yang paling berharga bagi seorang Bapak dan Ibu. Namun demikian, atas dasar iman kepada Allah, Ibrahim as. melaksanakan perintah itu dengan ikhlas, setelah dapat mengalahkan godaan syetan, baik Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail kemudian melemparnya. Ini pula yang dijadikan jama’ah haji untuk melempar Jumrah di Mina,

‘Aqabah ula dan Wustha yang setan itu tetap menggoda kita sampai kapan pun. Dengan penuh kasih sayang Ibrahim berkata kepada anaknya:

تَوَرٰتَلَّىۗ نَ  مَالَذَا نْلَكَمَّظُآْذٰ اَلِرْ مَسْكَافَ اانَّفَ ١٠٢كَ ِۚاِ يَارِيْرُّبَحُنَءْ ذْلبِاَا  تَيْْٓص ِهنقْاَلا دَّنَمِ نَمِصَامَ لّْٰللهُ دْاى قَاءَفِ  اۤ ىرٰشَ١٠٤نْ اَ  مُيْْٓاِ ۙ  ِيْْٓ هِاِنِيْنسَيٰيّٰٓتَاِبُبْنَجِرٰيَّدُ  نْلَ رُُۖ مَقَاَاؤْ نٰتُيَهُ يْعْ مَدَسَّااوَلْنَ  الفْهُعَ عَ١٠٣تِمَ ا يٰٓيْبَاَلَبَنِِۚغَ بِحْ  لَمُمَّجَلَاقَفَلْلْالِاهٗ  جْزِى سِنِيْنَ ١٠٥

Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup)

berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:

5.Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah.

Demikian kutipan khutbah Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH yang juga Guru besar Fakultas Syari’ah UIN IB Padang, Ketua Wantim MUI Sumbar, Anggota Wantim MUI Pusat, Penasehat ICMI Sumbar, A’wan PB NU. (Addy DM)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles