Tapsel, Demokratis
Konflik agraria antara pihak perusahaan dan warga terjadi di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Provinsi Sumatera Utara. PT Samukti Karya Lestari (SKL), yang beroperasi di Kelurahan Muara Manompas, Kecamatan Muara Batang Toru, terlibat sengketa dengan warga Kelurahan Muara Manompas.
Perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan pabrik minyak kelapa sawit itu, diduga telah melakukan penyerobotan dengan memasang patok batas di lahan perkebunan milik masyarakat, Sabtu (18/1/2025). Tidak hanya itu, PT SKL menurunkan excavator ke lahan warga.
Basar Tamba (49), perwakilan masyarakat mengatakan, PT SKL diduga melakukan pematokan untuk menguasai lahan perkebunan milik masyarakat. Padahal, lahan tersebut telah dikuasai dan diusahai warga selama puluhan tahun. Selain itu, lahan perkebunan seluas 200 hektare tersebut telah memiliki legalitas, yakni berupa sertifikat hak milik yang dikeluarkan BPN, serta sertifikat tanda bukti hak yang dikeluarkan Depdagri.
“Mereka melakukan pematokan lahan masyarakat dengan menggunakan preman. Kami tidak berdaya dan bingung mau mengadu sama siapa?” ujar Basar Tamba, yang didampingi Hendra Siregar, Senin (20/1/2025).
Basar menyebutkan, selama ini sering terjadi konflik antara masyarakat dengan PT SKL. Sehingga pada tahun 2024, melalui pengacara, masyarakat melakukan upaya hukum ke Pengadilan Negeri Padangsidempuan. Masyarakat kemudian diakui sebagai pemilik lahan.
“Ada 67 KK masyarakat yang telah lama berkebun di lahan tersebut, bahkan sudah turun temurun,” tegasnya.
Agar warga bisa dengan nyaman dan aman mengolah lahan perkebunannya, Basar berharap pihak berwenang tidak membiarkan konflik tersebut berlarut-larut, sekaligus memberikan tindakan tegas kepada pihak PT SKL.
“Apalagi perusahaan telah menggunakan sekelompok preman untuk mengambil paksa lahan kami,” imbuh Basar.
Hingga berita ini dikirimkan, jajaran Direksi maupun Humas PT SKL belum berhasil dikonfirmasi. (MH)
