Indramayu, Demokratis
Publik sangat berharap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, dapat segera mengagendakan dan atau melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indramayu.
Harapan tersebut disampaikan berkaitan dengan sejumlah aset daerah yang lengkap sarana dan prasarananya. Namun tidak atau belum difungsikan kembali sebagaimana mestinya dengan optimal.
Dari sejumlah aset itu di antaranya, pertama, panggung terapung Kuliner Cimanuk (Kulcim). Kedua, taman lalu lintas di Simpang Lima Tugu Mangga.
Ketiga, gedung Mutiara Bangsa (Mutbang) atau Gedung Sience Centre di Bojong Sari. Keempat, gedung yang konon bernama pusat Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM), lokasi di Jalan Soekarno Hatta, Desa Pekandangan.
Pembangunan gedung itu, dahulu pengalihan dari Lingkungan Industri Kecil (LIK) yang saat ini lokasi LIK digunakan full oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Indramayu.
Penyebab belum atau tidak berfungsinya aset daerah itu secara optimal, dari dugaan publik diantaranya, diduga ada yang salah konsep. Kedua, terjeratnya bupati dalam kasus OTT-nya KPK, serta mewabahnya pandemi Covid-19. Terakhir diprediksi karena beralihnya pimpinan daerah dari kuning ke merah.
Namun apapun penyebab sesungguhnya, harus segera dilakukan solusi pembenahan. Sebab, aset tersebut menelan anggaran sangat fantastis dan itu dari duit pajak yang dibayar rakyat sebagai wajib pajak.
Kemudian aset tersebut pun ada yang sangat vital fungsi dan ikonnya, sehingga tidak ada alasan jika tidak diberesin apa lagi demi nama baik tanah perjanjian Bumi Wiralodra, dengan mencairkan dikotomi kuning dan merah.
Terakhir publik berujar bahwa merujuk terkait filosofis warna mentafsir bahwa tiada warna yang indah, kecuali seindah warna pelangi. Lalu begitulah siapapun yang saat ini jadi pemimpin, secara konstitusi dialah pemimpin seluruh warga Indramayu.
Dihubungi via WhatsApp pada Senin (6/6/2022), H Syaefudin Ketua DPRD Indramayu dari Partai Golkar menyampaikan jawaban singkat, “Nanti Demokratis dihubungi.” (S. Tarigan)