Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Pustakawan Arsitek Transformasi Perpustakaan

Lima tahun terakhir ini perkembangan dan kemajuan Perpustakaan di Tanah Air, luar biasa hebat. Hal ini ditandai dengan dibangunnya gedung Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas RI) dan menjadikannya paling tinggi di dunia. Dirancang dengan konsep green building setinggi 126,3 meter yang memiliki 27 lantai.

Gedung Perpustakaan Nasional RI diresmikan oleh Presiden RI, Joko Widodo pada tanggal 14 September 2017. Berdiri menempati lahan seluas 11.975 meter persegi dengan lokasi strategis berada di Ring 1 pusat pemerintahan berhadapan langsung dengan Istana Negara tempat Presiden RI berkantor, Jl Medan Merdeka Selatan No 11 Jakarta Pusat.

Gedung perpustakaan dengan total berbagai jenis koleksi berjumlah 5.447.500 eksemplar ini menjadi kebanggaan pustakawan dan merupakan apresiasi bangsa Indonesia untuk memajukan dunia perpustakaan.

Apresiasi pemerintah yang tinggi terhadap perpustakaan mengharuskan pustakawan menjadi arsitek/perencana dalam melakukan transformasi perpustakaan. Perpustakaan yang dahulu dikenal tempat yang sunyi, lokasi gedung di pojok dan hampir tidak terlihat, tata rak buku dan meja baca terkesan seadanya belum lagi ditambah tumpukan buku yang berantakan.

Kini era telah berubah, perpustakaan telah bertransformasi dan berkolaborasi dengan kemajuan teknologi informasi. Pustakawan sebagai arsiteknya mampu menjawab tantangan kebutuhan masyarakat untuk memperoleh informasi, dengan cepat, mudah diakses kapanpun dan dimanapun dari sumber informasi digital. Terlebih saat kehadiran kali pertama viruscorona di Indonesia pada 02 Maret 2020 telah menimbulkan berbagai kepanikan dan kerugian di masyarakat. Corona juga merubah tatanan pola kebiasaan hidup dan perekonomian bangsa ini,  aktivitas di luar rumah dibatasi, aktifitas belajar dan bekerja dilakukan dalam rumah.

Perpustakaan Nasional RI dengan pustakawan di dalamnya mampu memberikan layanan online terbaiknya, menerobos kegalauan masyarakat saat di rumah saja. iPusnas, layanan membaca koleksi perpustakaan digital melalui aplikasi mobile menyediakan 50.438 judul buku elektronik dengan 591.739 eksemplar. Masyarakat terbantu karena tanpa aktifitas keluar rumah dapat meminjam buku elektronik tersebut maksimal 5 buku untuk 5 hari. iPusnas juga telah diinstal 500.000 masyarakat melalui aplikasi playstore. Melalui aplikasi iPusnas ini pula masyarakat yang ingin mencari informasi atau koleksi perpustakaan tentang COVID-19 ada di CORONA PEDIA.

Pustakawan juga menyediakan koleksi online digital berlanggan (e-resources) menyediakan 10 e-journal database yang di dalamnya tersedia 605.708 judul koleksi online digital meliputi jurnal, ebook dan karya-karya referensi online lainnya, dengan mudah diakses melalui perangkat teknologi informasi.

Tanpa kemampuan literasi yang memadai, masyarakat mudah terjerumus pada informasi yang palsu dan menyesatkan (hoax). Kemampuan literasi bukan lagi sebatas baca tulis tapi sudah dapat memaknai, memahami dan menganalisis segala informasi maupun ilmu pengetahuan yang diperoleh dari membaca dan mampu menghasilkan barang/produk atau jasa dari apa yang dibaca.

Inovasi layanan online KHASTARA (Khasanah Pustaka Nusantara), mempublikasikan pustaka-pustaka kearifan lokal seperti naskah kuno, buku langka, peta, foto, gambar dan lukisan, majalah dan surat kabar langka. Layanan ini menyediakan 1.792 digital manuskrip dapat diakses online.

Layanan KHASTARA, merupakan suatu layanan unggulan Perpusnas karena koleksi perpustakaan yang sarat dengan nilai sejarah dan menarik diteliti dikaji sebagai bukti peradaban tinggi bangsa kita. Cikal bakal tumbuhnya embrio Negara Kesatuan Republik Indonesia dan embrio semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”, tergambar jelas dalam koleksi manuskrip Kakawin Negarakertagama dan Kakawin Sutasoma.

Layanan pustakawan lainnya adalah Ask a Librarian (tanya pustakawan), merupakan fitur livechat untuk menjawab kebutuhan masyarakat atas akses dan informasi mengenai Perpusnas secara online.

Pustakawan sebagai arsitek transformasi perpustakaan selain memberikan layanan online bagi masyarakat yang melek dan menguasai penggunaan perangkat teknologi informasi. Pustakawan sebagai arsitek mampu melakukan transfer pengetahuan untuk membentuk budaya literasi, karena gencarnya ledakan arus informasi, berpengaruh terhadap pilihan banyaknya informasi yang tersedia.

Tanpa kemampuan literasi yang memadai, masyarakat mudah terjerumus pada informasi yang palsu dan menyesatkan (hoax). Kemampuan literasi bukan lagi sebatas baca tulis tapi sudah dapat memaknai, memahami dan menganalisis segala informasi maupun ilmu pengetahuan yang diperoleh dari membaca dan mampu menghasilkan barang/produk atau jasa dari apa yang dibaca.

Perpustakaan dengan pustakawan sebagai arsiteknya menjadi pintu terakhir bagi masyarakat putus sekolah dan masyarakat miskin terlebih 8 bulan sudah pandemi corona yang dialami bangsa kita. Banyak perusahaan mengalami kerugian, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) massal terjadi, mengakibatkan angka pengangguran dan kemiskinan bertambah. Transformasi perpustakaan melalui program literasi untuk kesejahteraan memberikan layanan kepada masyarakat di mana masyarakat bisa belajar kontekstual. Berbagi pengalaman, dan berketrampilan, mengundang para ahli dan pelaku usaha sharing informasi serta menyediakan referensi buku-buku yang dibutuhkan, dalam upaya lebih meningkatkan ketrampilan usaha/profesi yang  ditekuni masyarakat tersebut, dengan hasil akhirnya meningkatkan taraf pendapatan ekonomi/kesejahteraan.

Ibu Puji kisah nyata keberhasilan program literasi untuk kesejahteraan. Seorang ibu rumah tangga, dengan himpitan kemiskinan dan didasari niat untuk mencari tambahan penghasilan keluarganya. Mengikuti pelatihan pembuatan keripik kentang yang diinisiasi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Aceh Tengah.

Selesai pelatihan, Ibu Puji langsung mempraktekkan dan mulai mengolah keripik kentang di rumah. Bahan baku utama kentang memang tumbuh subur di desanya, dan sangat mudah diperoleh dengan harga dan kualitas yang baik. Dengan membaca buku aneka pengolahan makanan kentang yang tersedia di perpustakaan, Ibu Puji berinovasi dari informasi buku tersebut dengan membumbui keripik buatannya dengan bermacam rasa. Usaha kripik kentangnya sukses di pasaran, Ibu Puji mendapatkan penghasilan tambahan Rp 5 juta/bulan. Usaha keripik kentangnya mampu menambah penghasilan keluarga yang selama ini bergantung hasil bekerja suami sebagai petani kopi.

Ada banyak Ibu Puji-Ibu Puji lainnya yang telah menikmati manfaat dari transformasi perpustakaan yang diarsiteki oleh pustakawan. Jadi, banggalah wahai arsitek transformasi perpustakaan, PUSTAKAWAN, teruslah menggambar dan menggoreskan pena sketsa inovasi-inovasi transformasi perpustakaan. ***

Penulis adalah Cand Pustakawan Madya Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan Nasional RI

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles