Sebuah perahu dibuat untuk berlayar di lautan dan bukan hanya diam di dermaga.
Demikian juga manusia untuk mengarungi kehidupan dan bukan berdiam dan menunggu hidup ini berakhir.
Di dalam mengarungi kehidupan akan banyak ombak dan mungkin badai tetapi itulah seni dari kehidupan.
Teruslah kembangkan layar dan nikmati perjalanan hingga sampai ke tujuan.
Jangan takut jatuh dan keliru, setiap kekeliruan yang pernah dilakukan adalah bagian dari proses pembentukan kepribadian.
Jangan menyesali kekeliruan tetapi jangan “ulangi” kekeliruan.
Mendung bukan untuk membuat kegelapan tetapi untuk memberi kabar gembira akan “sejuknya” air hujan yang akan turun.
Luka bukan hanya semata untuk membuat kita tersiksa tetapi agar kita tersadar bahwa kita hanyalah “Manusia Biasa”.
Genggam “KEYAKINAN” jangan pernah dilepaskan.
Indahnya kehidupan, bukan terletak dari banyaknya kesenangan tetapi pada “rasa syukur”.
KETIKA..aku ingin hidup KAYA
aku lupa,
bahwa HIDUP adalah sebuah KEKAYAAN.
KETIKA..aku takut MEMBERI
aku lupa bahwa semua yang aku miliki adalah PEMBERIAN.
KETIKA aku ingin jadi yang TERKUAT
aku lupa bahwa dalam KELEMAHAN ada KEKUATAN
Ketika aku takut RUGI
aku lupa bahwa hidupku adalah sebuah KEBERUNTUNGAN
Ternyata hidup ini sangat indah
Jika kita tahu dan selalu bersyukur dengan apa yang sudah ada
maka
KEBAHAGIAAN AKAN MENJADI MILIK KITA SEUTUHNYA.
Selamat beraktivitas saudara-saudaraku. Jangan menjadi lupa diri.
Ada TUHAN tempat kita berserah diri.
Semoga menjadi inspirasi. Salam taqzim untuk keluarga kita semua. ***
Penulis adalah Guru Besar UIN IB/Ketua Dewan Pertimbangan MUI Sumbar/Anggota Wantim MUI Pusat/A’wan PB NU