Depok, Demokratis
Usai melakukan kegiatan Reses Masa Persidangan I Tahun 2023-2024 di Kelurahan Mampang, Kecamatan Pancoran Mas, anggota DPR RI, Nur Azizah Tamhid berkesempatan menyambangi kantor PWI Kota Depok, Jumat (13/10/2023). Setibanya di kantor PWI Kota Depok Nur Azizah disambut Ketua PWI Kota Depok Rusdy Nurdiansyah dan puluhan wartawan.
Kepada wartawan Nur Azizah menjelaskan program-program kerja yang telah dilakukannya sebagai anggota DPR RI komisi VIII serta rencana ke depan terkait pencalegannya kembali sebagai anggota DPR RI.
“Kita di Komisi VIII membidangi terkait sosial, keagamaan, perlindungan anak dan keluarga. Tugasnya mencakup pengawasan dan pembahasan kebijakan pemerintah dalam bidang tersebut. Serta menetapkan anggaran untuk sektor-sektor tersebut,” kata Nur Azizah.
“Terkait program kerja yang sudah dan sedang kami lakukan di Komisi VIII DPR, antara lain program Rumah Sejahtera Terpadu (RST). Dalam kegiatan ini, saya barusan meninjau pembangunan rumah hasil program RST Kementerian Sosial. Kami ke rumah milik Nursamsinar di Jl. Remaja, Gang Sawah 5, RT 06 /RW 06 Mampang, Kecamatan Pancoran Mas. Ini salah satu yang menerima manfaat program RST,” ujar Nur Azizah.
Dikatakannya sebagai anggota DPR RI komisi VIII dirinya memiliki aspirasi ke masyarakat. Nah, Rumah Sejahtera Terpadu ini dibangun dari aspirasi Nur Azizah.
“Untuk program RST tahun 2023 ini kita masing-masing anggota dapat 50 paket. Sebelumnya tahun 2022 kita ada 200 paket dan tahun 2021 kita ada 100 paket. Aspirasi ini yang kita salurkan ke masyarakat daerah pemilihan kita. Kebetulan dapil saya Depok dan Bekasi maka saya pun menyalurkannya,” ujar Nur Azizah.
Saat ditanya prosentase pembagian di Depok dan Bekasi, Nur Azizah mengakui lebih banyak di Depok.
“Karena memang kita lihat suara saya banyak di Depok. Perbandingannya tahun 2021, Depok 70 dan Bekasi 30. Tahun 2022 Depok 135, Bekasi 65. Sementara tahun ini 50 paket, Depok kebagian 26 paket RTS,” ujar Nur Azizah.
Dalam bidang keagamaan, Nur Azizah juga telah membantu rumah ibadah, tak hanya untuk orang Islam tapi juga agama lainnya. Bahkan ia menepis anggapan Depok kota intoleran dengan ikut membantu pembangunan gereja. Meskipun ia dari partai yang selalu difitnah intoleran yakni PKS. “Ya belum lama kita bantu pembangunan gereja. Kebetulan kita ada anggaran aspirasi dari kementerian agama, nah kita bantu lewat bimas kristen Kementerian Agama. Bagi kita kan yang penting NKRI,” ujar Nur Azizah.
Soal isu ribut-ribut pembangunan gereja di Cinere, Nur Azizah menekankan pada perizinannya. Biasanya ribut karena perizinannya belum ada. “Seperti bangun masjid juga kan harus ada izinnya,” ujar Nur Azizah.
Pada kesempatan itu, selain menjelaskan program kerja kepada wartawan, Nur Azizah yang datang bersama sang suami mantan Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail dan anak yang juga Caleg Provinsi Jawa Barat dapil Depok-Bekasi Ahmad Syihan Ismail menanam pohon belimbing di taman PWI Depok.
Terkait ibu-anak yang maju jadi Caleg, DPR dan DPRD Jawa Barat keduanya menegaskan bahwa mereka memang ditugaskan DPP PKS. “Jadi kita di PKS tak ada budaya mengajukan diri. Semua harus ditugaskan dari DPP. Kebetulan DPP menugaskan kami,” kata Nur Azizah.
Sementara Ahmad Syihan mengatakan dirinya maju sebagai caleg provinsi karena ingin mengabdi ke masyarakat. Ia juga melihat banyak persoalan di Depok dan ia ingin lebih konkrit ikut berpartisipasi dalam membangun kota Depok. “Ada beberapa hal yang menjadi fokus saya, seperti masalah pendidikan, sampah, kualitas kesehatan masyarakat, kepemudaan dan lain-lain,” ujar Ahmad Syihan.
Terkait pendidikan, Ahmad Syihan mengungkapkan akan kurangnya SMA Negeri di kota Depok. Daya tampung tamatan SMP ke jenjang SMA jauh dari mencukupi. “Dulu sebelum ada sistem zonasi, anak-anak kita masih bisa sekolah di Jakarta. Tapi dengan sistem zonasi, Depok harus menyediakan SMA lebih banyak lagi. Sebenarnya sistem zonasi bagus apabila infrastruktur sekolah mencukupi,” kata Ahmad Syihan.
“Salah satu tujuan saya caleg provinsi adalah itu, mendorong penambahan sekolah SMA negeri di Depok. Paling tidak Depok harus menambah 4 sekolah SMA negeri lagi kalau mau ideal,” ujar Ahmad Syihan.
Terkait kendala lahan, Ahmad Syihan punya solusi. “Kalau lahan kurang, daya tampung sekolah SMA negeri bisa ditambah dengan membangun sekolah tingkat. Di Jakarta ada beberapa sekolah SMA dibangun sampai tingkat tiga, bahkan empat,” ujar Ahmad Syihan.
Selain soal sekolah, Ahmad Syihan juga menyoroti soal sampah. Menurutnya di Depok masih kurang unit-unit pengolah sampah. “Sampah ini sebenarnya bisa dikurangi jika ada unit-unit pengolah sampah di setiap kelurahah. Jika sampah anorganik seperti plastik, kan kita bisa olah kembali menjadi barang yang punya nilai ekonomis. Begitu juga sampah organik bila ada unit pengolah sampah bisa dijadikan kompos. Ini semua bisa meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujar Ahmad Syihan. (Tholib)