Sejarah hari ini, mencatat seorang seniman multitalenta dilahirkan ke dunia. Dialah Charlie Chaplin yang lahir pada 16 April 1889 di London, Inggris.
Lelaki dengan ciri khas kumis mungil itu tidak hanya seorang aktor, tetapi juga sutradara, penulis, dan komposer.
Kendati demikian, banyak orang mengingat Charlie Chaplin dengan film bisu yang berjudul The Little Tramp.
Sosok yang paling dikenang penggemar adalah pakaian yang dikenakannya berupa mantel yang kekecilan, celana yang kebesaran, sepatu floopy, dan derby yang babak belur.
Charlie Chaplin ini dianggap sebagai seniman komik terbesar di layar. Ia juga termasuk tokoh terpenting dalam sejarah film.
Pada tahun 1972, Charlie menerima Academy Award khusus untuk efek tak terhitung yang dimilikinya dalam membuat film sebagai bentuk seni abad ini.
Darah seni Charlie mengalir deras dari kedua orang tuanya. Ayahnya seorang penghibur di Inggris dan ibunya seorang penyanyi. Namun, kedua orang tuanya berpisah dan Charlie menghabiskan masa kecilnya bersama ibunya.
Sayangnya, ibu Charlie memiliki mental yang tidak stabil sehingga dikurung di rumah sakit jiwa. Hidup Charlie menjadi memprihatinkan karena ia dan saudara tirinya kemudian dikirim ke serangkaian rumah kerja dan asrama.
Menggantikan ibunya, Charlie mengenal panggung di usia sangat dini yakni 5 tahun. Pada usia 8 tahun, ia menjadi penyanyi dan terlibat dengan vaudeville act Casey’s Court Circus.
Baru pada 1908, bergabung dengan kelompok pantomime Fred Karno dan dengan cepat dikenal sebagai bintang.
Di Indonesia, Charlie Chaplin pernah dua kali berkunjung ke Garut yakni pada 1932 dan 1938. Dia ditemani aktris Mary Pickford di kunjungan pertamanya. Sedangkan kunjungan kedua ditemani aktris Paulette Goddard.
Dalam buku Semerbak Bunga di Bandung Raya, Haryanto Kunto mencatat dalam kunjungannya ke Garut, Charlie Chaplin sempat menginap di Hotel Villa Dolce. Kamar yang pernah ditiduri Charlie selalu menjadi incaran para tamu yang mau menginap.
Namun, menurut informasi lain, Charlie Chaplin yang ditemani saudaranya, Sydney Chaplin, menginap satu malam di Grand Hotel di Ngamplang. Mereka tiba di Garut tanggal 30 Maret 1932 malam.
Tulisan berjudul Charlie Chaplin dan Kenangan Guguling ‘the Dutch Wife’ (1932) itu menyebut Chaplin terkesan dengan dutch wife atau guling, temannya bantal. “Di sinilah saya menemukan pengalaman pertama saya dengan dutch wife, yang kalau Anda tinggal di daerah tropis untuk waktu yang lama, maka Anda akan mengetahui bahwa Anda sangat memerlukannya,” katanya.
Chaplin dan Sydney menikmati kawah Papandayan, Situ Cangkuang, dan Situ Bagendit. Sorenya, 31 Maret 1932, mereka menuju Yogyakarta menggunakan kereta api, tiba di Surabaya pada 1 April 1932, kemudian lanjut ke Bali menggunakan kapal laut. ***