Sabtu, November 23, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sejarah Asal Mula Nama “Indonesia”

Kiprah Ilmuwan Inggris

Akan tetapi, Bastian bukanlah yang pertama memakai kata Indonesie atau Indonesiers (‘orang-orang Indonesia’). Sebab, masih ada pakar etnologi George Windsor (GW) Earl dan koleganya, James Richardson (JR) Logan. Keduanya berkebangsaan Inggris.

Pada 1850, GW Earl menggagas sebutan Indunesians (atau Indu-nesians). Saat itu, dia sedang menjelaskan realitas etnografis, yakni “ras berkulit sawo matang/cokelat di Kepulauan Hindia.”

Mengutip Robert Edward (RE) Elson dalam bukunya, The Idea of Indonesia, tak lama setelah itu Earl justru mengganti sebutan Indu-nesians dengan Malayunesians. Alasannnya, sebutan yang pertama itu terlalu umum, sedangkan yang kedua lebih khusus.

Sementara itu, JR Logan (meninggal 1869) malahan lebih antusias dalam memakai sebutan Indonesia atau Indunesians. Logan menulis dalam artikelnya, “The Ethnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacific Islanders” pada 1850:

Saya lebih menyukai istilah geografis “Indonesia” yang sekadar pemendekan istilah “Indian Islands” atau “Indian Archipelago.” Dari sana, kita dapatkan “Indonesian” untuk “Indian Archipelagian” atau “Archipelagic”, dan “Indonesians” untuk “Indian Archipelagians” atau “Indian Islanders” (dikutip dari The Idea of Indonesia, terjemahan Zia Anshor, 2008, hlm 3-4).

Hatta menggarisbawahi, GW Earl menggunakan sebutan Indunesians dan Malayunesians untuk merujuk pada penduduk Kepulauan Nusantara. Sementara itu, Logan menggunakan istilah Indunesians (atau Indonesia) sebagai suatu pengertian geografis murni, yakni menunjuk pada kepulauan tersebut.

Jelaslah bahwa dalam perspektif para ilmuwan Eropa itu, keadaan etnografis dan geografis Nusantara tak lepas dari kedekatan dengan wilayah-wilayah sekitar, utamanya Anak Benua India. Karena itu, istilah Indunesia/Indunesians adalah gabungan dari Indu (‘India’) dan nesos (Yunani: ‘kepulauan’).

“Sekalipun dia (Logan) bukan penganjur penambahan penamaan-penamaan Yunani, dia sama sekali tidak berkeberatan terhadap nama ‘Indonesia’, yang bagi orang Eropa bernada Yunani, karena menurut pendapatnya kata nusa (pulau) yang berasal dari bahasa Melayu itu mungkin sama tuanya dengan kata nesos Yunani,” tulis Hatta.

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles