Sabtu, November 16, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sejarah Ballon d’Or

Ballon d’Or adalah penghargaaan tertinggi untuk individu di dunia sepak bola. Ballon d’Or jadi yang paling ditunggu-tunggu untuk menentukan pemain terbaik dunia. Namun, dahulu Ballon d’Or sempat berselimut kontroversi. Mereka yang jadi pemenang harus orang Eropa. Tiada tempat untuk nama besar seperti Maradonna (Argentina) dan Pele (Brazil). George Weah (Liberia) mendobrak tradisi itu. Ia jadi orang non-Eropa pertama yang menang Ballon d’Or.

Di era 1950-an, penghargaan bergensi untuk pemain sepak bola sedikit – jika tidak boleh dikatakan nihil. Fakta itu membuat jurnalis dari majalah France Football, Gabriel Hanot gelisah. Ia ingin ada penghargaan untuk pemain terbaik Eropa tiap musimnya.

Tanpa menunggu lama-lama, Gabriel Hanot berinisiasi mengadakan perhargaan untuk pemain terbaik Eropa. Di tangannya, penghargaan paling prestisius dalam dunia sepak bola pun lahir. Ballon d’Or namanya.

Penghargaan itu dihelat pertama kali pada 1956. Gabriel Hanot yang juga sebagai otak penting dari lahirnya Liga Champion Eropa, lalu meminta rekan-rekannya sesama jurnalis untuk memilih nominasi sekaligus pemenang dari Ballon d’Or. Stanley Matthews dari tim Inggris Blackpool muncul sebagai juara Ballon d’Or pertama kali.

Kemenangan itu buat popularitas Stanley Matthews meningkat. Nama Stanley Matthews disebut-sebut oleh media massa di seluruh pelosok negeri. Pun wajahnya banyak terpampang di dalam halaman depan surat kabar. Matthews kala itu, laksana tokoh penting dalam sejarah sepak bola dunia.

Ballon d’Or, atau ‘golden ball’ dalam bahasa Inggris, adalah nama yang diberikan dalam bahasa Prancis oleh majalah France Football kepada pemain sepak bola. Pemenangnya dipilih oleh 96 jurnalis dari seluruh dunia. Mereka menjadi juri terbaik dalam setiap tahunnya. Penghargaan Ballon d’Or pertama kali diberikan oleh France Football pada tahun 1956.

“Penghargaan ini kemudian dianggap sebagai salah satu penghargaan paling bergensi di dunia. Sekalipun penghargaan ini awalnya hanya diberikan kepada pemain Eropa. sosok yang pertama kali memenangkannya adalah Stanley Matthews dari Blackpool, Inggris,” ungkap Tom Dunmore dalam buku Historical Dictionary of Soccer (2011).

Ketenaran Stanley Matthews sebagai pemain Eropa yang memenangkan Ballon d’Or menginspirasi pemain bola lainnya untuk meningkatkan permainan. Pengaruhnya buat persaingan di antara pemain sepak bola Eropa makin ketat. Mesin gol masing-masing kesebelasan Eropa bermunculan dalam peta kandidat peraih Ballon d’Or. Di antara nama itu ada penyerang Real Madrid, Alfredo Di Stéfano.

Pemain berkebangsaan Spanyol itu langsung tancap gas. Ia kemudian menjadi penerus Stanley Matthews mendapatkan Ballon d’Or. Prestasi Di Stefano tak lain karena ia berhasil membawa Real Madrid meraih gelar juara Liga Spanyol 1956-1957. Kehadiran Ballon d’Or dalam karier Di Stefano begitu berarti. Gelar Ballon d’Or jadi penegas bahwa dirinya adalah salah satu pemain terbaik sepanjang masa. Pun Di Stefano tak cuma sekali mendapat Ballon d’Or, tapi dua kali.

“Para dewan juri Ballon d’or menyebutkan Alfredo Di Stefano adalah Charles Chaplin-nya lapangan hijau. Untuk itu, para penikmat sepak bola lalu merayakan perjuangan Di Stefano. Ia digadang-gadang sebagai ksatria hebat yang mampu menampilkan aksi menarik. Dalam bahasa para jurnalis: jika Stanley Matthews adalah humor ringan. Maka Di Stefano adalah humor epik.”

“Tiada niatan merendahkan Matthews yang terkenal. Matthews pun tidak marah ketika menyerahkan gelarnya kepada pemain yang ia hormati: Di Stefano. Matthews kenal Di Stefano, dan Di Stefano dianggapnya sebagai pemain sepak bola yang memiliki karakter dan kecerdasan. Buktinya, penguasaan bolanya sudah cukup lengkap,” tulis Ian Hawkey dalam buku Di Stefano (2016).

Eropa ke Dunia

Penyelenggaran Ballon d’Or awalnya berselimut kontroversi. Sebab, semua elemen dalam skema pemberian Ballon d’Or berbau Eropa. Pemainnya Eropa, Jurinya Eropa, dan diadakan di benua Eropa. Mirip-mirip jargon negara demokrasi: dari jurnalis Eropa, oleh Eropa, untuk pemain Eropa.

Bagi mereka yang terlahir di luar benua Eropa tiada harapan dapat menembus Ballon d’Or. Bahkan, Sekelas Diego Armando Maradona, kemudian Pele tidak dapat memenui syarat memenangi Ballon d’Or. Alasannya mudah ditebak. Keduanya bukan berasal dari Eropa. Sekalipun, Maradonna pernah merumput di Eropa, antara lain di Barcelona (Spanyol), Sevilla (Spanyol), dan Napoli (Italia).

“Perlu dicatat, pemain terbaik Eropa yang dapat menerima anugrah Ballon d’Or ini artinya adalah pemain asli Eropa yang bermain di klub Eropa, bukan sekedar yang bermain bagi klub Eropa. Terasa rasialis? Mungkin saja. Tetapi tak usahlah kita membahas soal ini panjang lebar. Singkat kata, Stanley Matthews, yang kala itu bermain di Blackpool, menjadi pesepakbola pertama yang mendapatkan penghargaan Ballon d’Or,” terang Eddward S. Kennedy dalam buku Sepak Bola Seribu Tafsir (2014).

Peraturan serba Eropa dalam Ballon d’Or bertahan dari 1956 hingga 1994. Pada 1995, penghargaan Ballon d’Or mulai mengalami perubahan yang besar. Pihak penyelenggara, France Football lalu memutuskan untuk mengubah peraturan. France Football menyebut Ballon d’Or secara resmi memutuskan tak peduli apapun kebangsaannya, asalkan bermain di klub Eropa, mereka berhak menjadi kandidat kuat Ballon d’Or.

Keputusan itu semakin final ketika dewan juri Ballon d’Or memilih bintang AC Milan, George Weah sebagai orang non-Eropa pertama yang yang mendapatkan penghargaan tersebut. Pemberian penghargaan kepada Weah tak lain karena bintang asal Liberia itu tengah bermain apik bersama Inter Milan. Kemenangan Weah pula turut membuka peluang pesepakbola non-Eropa lainnya untuk menjadi pemain terbaik dunia. Termasuk merebut Ballon d’Or.

Gebrakan baru juga dilakukan oleh France Football pada 2007. Mereka lagi-lagi mengubah regulasi untuk mendapatkan penghargaan Ballon d’Or. Perubahan itu jadi peluang bagi pemain dari berbagai belahan dunia –terlepas kebangsaan dan klub profesional mereka—mendapatkan Ballon d’Or. Artinya, Ballon d’Or telah paripurna menjadi hajatan yang memberi penghargaan kepada pemain terbaik dunia.

“George Weah adalah salah satu pemain terbaik yang pernah saya lihat bermain secara pribadi. Dia bisa berlari dengan kecepatan penuh dan menggiring bola seperti sedang berjalan. Tak ada yang bisa menghentikannya.”

“Ketika orang berbicara tentang pemain terbesar sepanjang masa, dia sering lupa karena dia tidak bermain di piala dunia. Dia adalah satu-satunya pemain afrika yang pernah memenangkan FIFA Ballon d’Or. Bagi saya, George Weah berada di podium yang sama –sejajar– dengan Pele dan Diego Maradona. Dan jika dia Inggris atau Perancis, dunia akan menempatkan dia di sana juga,” tutup Dwayne De Rosario dalam buku Dero: My Life (2021). ***

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles