Bermula digunakan sebagai markas Komando Operasi Angkatan Udara I (Koops AU I) TNI-AU di Jakarta. Bandara Halim Perdanakusuma awalnya bernama Lapangan Terbang Cililitan.
Seiring ramainya penerbangan di Jakarta, Bandara Halim diubah menjadi komersil sejak 10 Januari 2014. Dilakukan untuk untuk mengalihkan penerbangan dari Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta yang dinilai telah penuh sesak.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo menyampaikan bahwa operasional Bandara Halim akan ditutup tanggal 1 Januari 2022 mendatang. Baik kawasan pangkalan militer TNI AU hingga landasan komersil.
“Bahwa Bandara Halim akan ditutup mulai tanggal 1 Januari,” tutur Fadjar di Lanud Halim Perdanakusuma, Rabu (22/12).
Menurut Fadjar, penutupan tersebut dalam rangka revitalisasi dan perbaikan tempat di sejumlah lini. Hal itu pun menjadi instruksi langsung dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi. “Pak Presiden merasakan betul runway-nya sudah kasar,” jelas dia.
Fadjar mengatakan bahwa perbaikan utama memang menyasar ke landasan. Lantaran kondisinya terbilang sudah tua dan tanah di sekitar wilayah Halim Perdanakusuma mengalami penurunan.
“Saya kurang paham mengenai tanah, tapi yang jelas juga terjadi penurunan, mungkin ada semacam air tanah dan lain sebagainya. Tapi akibatnya runway itu sudah mendekati ambang batas aman. Sebetulnya sudah terjadi, kita ketahuinya kita tutup hampir dua tahun yang lalu setiap musim Haji 2019 kalau tidak salah,” kata Fadjar.
Atas dasar itu, revitalisasi secara total dan menyeluruh terhadap Bandara Halim Perdanakusuma diharapkan dapat menunjang operasional hingga 20 tahun ke depan. Hanya saja, Fadjar belum memastikan berapa lama proses perbaikan itu selesai. “Yang diperbaikannya leading sektornya adalah dari Kementerian Perhubungan,” Fadjar menandaskan.
Bermula Abad ke 17
Dikutip dari laman Angkasa Pura II, pada abad ke-17, daerah Cililitan merupakan sebuah tanah partikelir yang dimiliki oleh Pieter van der Velde. Tanah tersebut dinamakan Tandjoeng Ost.
Kemudian sekitar tahun 1924, sebagian tanah tersebut dijadikan sebuah lapangan terbang pertama di Kota Batavia. Lapangan terbang tesebut dinamakan Vliegveld Tjililitan (Lapangan Terbang Tjililitan).
Pada tahun yang sama, lapangan terbang ini menerima kedatangan pesawat dari Amsterdam yang kemudian menjadi penerbangan internasional pertama di Hindia Belanda.
Sebelum mendarat di Cililitan, pesawat Fokker ini memerlukan waktu cukup lama di perjalanan. Karena pernah jatuh dan mengalami kerusakan di Serbia hingga harus didatangkan suku cadang dari pabriknya di Amsterdam.
Lapangan terbang ini juga turut andil dalam peresmian Bandar Udara Internasional Kemayoran yaitu dengan cara menerbangkan pesawat berjenis Douglas DC-3 menuju Kemayoran yang baru saja diresmikan.
Pada tanggal 20 Juni 1950, Belanda sepenuhnya menyerahkan lapangan terbang ini kepada pemerintah Indonesia. Ketika itu lapangan terbang ini langsung dipegang oleh AURI dan dijadikan pangkalan udara militer.
Ganti Nama
Kemudian bertepatan dengan 17 Agustus 1952, lapangan terbang ini berganti nama menjadi Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk mengenang almarhum Abdul Halim Perdanakusuma yang gugur dalam menjalankan tugasnya.
Di samping sebagai pangkalan militer, Halim juga digunakan sebagai bandar udara sipil utama di kota Jakarta bersamaan dengan Kemayoran.
Pada tahun 1974, bandar udara ini harus berbagi penerbangan internasional dengan Kemayoran karena padatnya jadwal penerbangan di sana. Halim juga sempat ditunjuk menggantikan peranan Kemayoran yang semakin padat.
Namun hasilnya justru tertuju kepada pembangunan sebuah bandar udara baru di daerah Cengkareng. Kelak bandar udara tersebut dinamakan Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta.
Setelah Kemayoran ditutup, Bandar Udara Halim Perdanakusuma mulai mengurangi jadwal penerbangan sipil untuk berfokus guna kepentingan militer.
Namun pada tahun 2013, Halim memberikan 60 slot/jam untuk penerbangan berjadwal domestik maupun internasional. Hal tersebut dikarenakan untuk mengurangi padatnya jadwal penerbangan di Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta. ***