Candi Borobudur yang merupakan tempat bersejarah dengan kisah yang panjang. Berikut sejarah Borobudur yang terkenal sebagai candi peninggalan peradaban agama Buddha dan menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Selain ditujukan untuk destinasi pariwisata, candi megah yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah tersebut berfungsi sebagai tempat ziarah untuk napak tilas budaya leluhur umat Buddha.
Sejarah Candi Borobudur
Dirangkum dari berbagai sumber, bangunan Candi Borobudur diperkirakan dibangun pada abad ke 8-9 sekitar 800 tahun sebelum Masehi oleh wangsa atau dinasti Syailendra.
Dinasti Syailendra tercatat sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana. Sementara di sekitar Borobudur juga terdapat penganut Hindu aliran Siwa.
Proses pembangunan Candi Borobudur berlangsung hingga ratusan tahun dan benar-benar rampung pada masa kekuasaan Raja Samaratungga pada tahun 825.
Kemegahan Borobudur dikabarkan sempat sirna berabad-abad tahun terkubur tanah dan debu vulkanik, yang diperkirakan terkena efek erupsi gunung merapi.
Akan tetapi, bangunan candi megah itu berhasil direstorasi kembali oleh pemerintahan Thomas Stamford Raffles ketika menjabat sebagai Gubernur Jenderal di Pulau Jawa pada 1911.
Raffles ketika itu meminta bantuan seorang Insinyur Belanda Christian Cornelius untuk memeriksa kondisi bangunan Candi Borobudur yang terkubur sekaligus membenahinya.
Sejarah Borobudur pun bertambah panjang usai masa restorasi yang cukup lama dan menelan biaya besar. Beragam alasan, termasuk dinilai sebagai kompleks candi terbesar di Indonesia, menjadikannya dinobatkan Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1991.
Struktur Bangunan Candi Borobudur
Candi Borobudur memiliki bentuk struktur seperti punden berundak yang semakin ke atas semakin mengecil dengan empat buah tangga pada setiap arah mata angin.
Sementara panjangnya 121,66 meter, lebar 121,38 meter, dan tinggi 35,40 meter. Menurut filsafat Buddha, struktur tingkatan Candi Borobudur adalah konsepsi alam semesta.
Makna struktur tersebut diasumsikan seperti roda kehidupan alam semesta dan terbagi menjadi tiga bidang yang dikenal sebagai kamadhatu, rupadhatu serta arupadhatu.
Kamadhatu: Bagian paling bawah candi yang melambangkan alam bawah, perilaku manusia terkait nafsu duniawi.
Rupadhatu: Bagian tengah candi yang melambangkan alam antara, yaitu perilaku manusia yang mulai meninggalkan keinginan dunia tapi masih terikat dunia nyata.
Arupadhatu: Bagian atas candi yang melambangkan atas, atau unsur tak berwujud sebagai tanda tingkatan meninggalkan nafsu duniawi.
Relief Candi Borobudur
Candi Borobudur dihiasi 2.672 panel relief berupa naratif dan dekoratif serta 504 arca Buddha, sehingga diklaim sebagai pemilik relief Buddha terlengkap serta terbanyak di dunia.
Relief di bagian dasar dinding candi menceritakan kisah Karmawibhangga yang menggambarkan kehidupan, perilaku, dan lingkungan manusia.
Sedangkan relief Jataka di tingkat bagian atas candi mengisahkan tentang kehidupan Buddha sebelumnya menjadi dewa, lalu ada manusia dalam berbagai profesi dan hewan.
Kemudian untuk satu set 120 relief pada platform dinding pertama candi yaitu Lalitavistara, menggambarkan seputar kehidupan Pangeran Siddharta sejak lahir hingga pencerahan.
Panel relief naratifnya terdiri atas sejumlah huruf-huruf Jawa kuno yang mendeskripsikan maksud dari kisah Buddha tersebut.
Untuk relief dekoratif Candi Borobudur merupakan pahatan jenis seni rupa murni yang memang khusus dinikmati keindahannya.
Relief naratif Candi Borobudur terdiri atas Karmawibhangga, Jatakamala, Lalitavistara, Awadana, Gandawyuha dan Bhadracari. Sisa relief lainnya termasuk panel dekorasi. ***