Gereja Ijen merupakan salah satu gereja Katolik di Kota Malang. Selain karena keindahan bentuk bangunannya yang mengundang banyak jemaat, juga karena banyaknya sebutan untuk gereja tua yang dibangun sejak zaman Kolonial Belanda ini.
Disebut Gereja Ijen lantaran letaknya yang berada di sebuah sudut perpotongan pertigaan jalan di Jalan Besar Ijen Boulevard. Ada pula yang menyebut gereja ini beralamatkan di Jalan Buring Nomor 60. Namun demikian, letak sesungguhnya, secara administratif, gereja ini berada di Jalan Guntur Nomor 2 Kota Malang. Letaknya yang cukup strtaegis di perpotongan jalan itu membuat keindahan bangunannya bisa dinikmati oleh setiap pengendara yang lalu-lalang di ketiga jalan tersebut. Apalagi, tiap Minggu pagi ada event Car Free Day (CFD) di sepanjang Jalan Ijen, yang membuat banyak orang dipastikan melewati depan gereja ini untuk berolahraga.
Gereja ini mulai dibangun pada 11 Februari 1934 dan diresmikan pada tanggal 28 Oktober 1934 dengan nama Theresiakerk atau Gereja Santa Theresia. Arsiteknya yang berasal dari Belandang bernama Rijksen en Estourgie, mempercayakan pembangunan gereja ini pada perusahaan pemborong bernama NV Bouwundig Buerau Siten en Louzada. Nama Santa Theresia sendiri diambil dari nama seorang biarawati asal Perancis yang sangat dihormati oleh umat Katolik. Patung Santa Theresia yang berdiri di dekat pintu masuk menjadi salah satu yang paling memikat mata di antara beberapa patung lainnya di sudut-sudut gereja ini.
Sebelumnya di Kota Malang hanya ada satu gereja Katolik, yaitu Gereja Hati Kudus Yesus di kawasan Kayutangan yang dibangun sejak tahun 1905. Msgr Clemens van der Pas O Carm membangun Gereja Katolik Jawa di Jalan Semeru pada tahun 1929, karena banyaknya umat yang beribadah dan pelayanan pada satu gereja tidak mencukupi. Gereja itu kemudian sekarang menjadi Gereja Kristen Kalam Kudus.
Gereja di Jalan Ijen ini kemudian berganti nama menjadi Gereja Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel. Alasan disebut dengan nama demikian, karena gereja ini didirikan oleh Ordo Karmelit, yaitu salah satu ordo keagamaan Katolik dari Katolik Roma yang didirikan pada abad ke-12 oleh para rohaniwan di Gunung Karmel. Para rohaniwan dari ordo ini biasanya menyandang nama O Carm di belakang nama mereka. Hal tersebut tampak pada nama Msgr Clemens van der Pas O Carm, sang pendiri gereja ini.
Di wilayah Paroki Gereja Katolik ini kemudian didirikan sekolah dasar berbahasa Belanda (HIS) di Jalan Semeru, Sekolah Dasar ‘Ongko Loro’ (Inlandsche Schoolen 2e Klasse) di Betek pada tahun 1930, Taman Kanak-kanak (Frobelschool) dan SD Santa Ursula di Jalan Panderman dan tahun 1936 didirikan AMS (Algemeene Middelbare School) Santa Albertus (Dempo) di Jalan Talang.
Gereja umat Katolik ini juga disebut Gereja Katedral. Disebut demikian lantaran katedral sendiri berasal dari letak gereja ini yang berada di tengah-tengah kota dan menjadi Area Keuskupan Utama. Bahkan gereja ini disebut-sebut sebagai salah satu katedral terindah di Indonesia. Kawasan Jalan Ijen di mana katedral ini berdiri dulunya merupakan pusat pemukiman warga Belanda, seperti yang tampak dari peninggalan-peninggalan kuno berupa rumah berarsitektur kolonial di sekitar jalan ini.
Bangunan gereja ini menggunakan gaya arsitektur Neo-Gothik khas Belanda. Tak heran jika bangunan ini hingga kini menjadi salah satu landmark Kota Malang sekaligus peninggalan bersejarah di kota tersebut. Pada arsitektur gaya Gothik yang asli, langit-langit bangunan dibuat dari batu alam dan merupakan kesatuan konstruksi sebagai penyangga atap. Sedangkan ciri khas dari gaya Gothik adalah lengkungan yang bertemu melancip ke atas dan memberikan ekspresi ke atas yang sangat sesuai dengan bangunan tempat ibadah. Penggambaran gereja sebagai Domus Ecclesiae, bahwa subyek adalah umat yang menjalin hubungan vertikal dengan Tuhan maupun horizontal dengan sesama manusia, adanya penggambaran itulah menyebabkan fasad setiap gereja selalu sama, bagian atap menjulang tinggi dan meruncing. Penerapan dengan konsisten prinsip simetris terhadap sumbu dan bukaan fasad bangunan dengan menggunakan konsep perulangan Golden Section menjadikan bangunan berkesan monumental.
Hampir tiap gereja katedral memiliki bentuk dasar denah yang hampir sama yaitu berbentuk salib, termasuk arsitektur di gereja yang pernah direnovasi pada 27 Juli 2002 ini. Ruang altar menempati bagian atas batang salibnya. Arah bangunan dari persegi panjang diletakkan pada sumbu timur-barat untuk mengurangi terik matahari langsung. Gaya Eropa terasa sekali pada bangunan ini. Hal itu terlihat dari bentuk denah, serta material berupa baja yang didatangkan langsung dari Eropa. Dari depan, dua menara tinggi mengapit pintu masuk utama yang berhiaskan salib besar. Di menara sisi kanan, terdapat jam kuno berwarna coklat muda. Untuk masuk gereja ini, Anda bisa melalui pintu depan atau pun pintu belakang, melalui jalan di sebelah kiri gereja. (Red/Dem)