Setiap makhluk hidup tentu memiliki perilaku-perilaku khusus yang dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Seperti manusia yang harus bekerja mencari uang, di mana uang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan, termasuk untuk membeli makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari.
Sama halnya dengan hewan, mereka memiliki cara tersendiri untuk makan dan bertahan hidup. Salah satunya seperti burung yang sering melakukan migrasi untuk mencari daerah dengan sumber makanan yang melimpah. Migrasi burung ini biasanya dilakukan pada waktu tertentu setiap tahun.
Bukan sekadar perilaku alami makhluk untuk bertahan hidup, ternyata migrasi burung ini juga menarik perhatian masyarakat tentang pentingnya menjaga alam. Jika kondisi alam semakin rusak dan tidak seimbang, tentu populasi-populasi burung semakin sulit bermigrasi untuk menemukan tempat dengan sumber makan yang layak.
Tak heran, jika terdapat peringatan Hari Burung Bermigrasi Sedunia untuk meningkatkan kesadaran tentang hal ini. Peringatan ini dirayakan setiap tahun, yaitu pada 14 Mei. Di balik tanggal ini tentu terdapat sejarah panjang, hingga kini seluruh dunia selalu memperingati Hari Burung Bermigrasi secara global.
Sejarah
Sejarah Hari Burung Migrasi Sedunia yang diperingati pada 14 Mei, dimulai pada tahun 2006 oleh Sekretariat Perjanjian tentang Konservasi Burung Air Migrasi Afrika-Eurasia (AEWA) bekerja sama dengan Sekretariat Konvensi Konservasi Spesies Migrasi Satwa Liar (CMS).
Awalnya, gagasan untuk menetapkan hari untuk burung yang bermigrasi muncul di Amerika Serikat pada tahun 1993, ketika Dinas Perikanan dan Margasatwa AS, Pusat Burung Bermigrasi Smithsonian dan Laboratorium Ornitologi Cornell memprakarsai perayaan ‘Hari Burung Bermigrasi Internasional’ ( IMBD), yang mendorong festival burung dan program pendidikan di seluruh Amerika.
Kemudian, dalam ulang tahunnya yang ke-10 pada tahun 2005, Sekretariat AEWA memprakarsai Migratory Waterbird Days (MWD) yang diadakan di Afrika, Eropa, dan sebagian Asia. Karena acara ini diterima dengan baik di kawasan Afrika-Eurasia, lalu diputuskan untuk diperluas cakupannya menjadi hari peringatan burung bermigrasi dalam skala global.
Hari Burung Migrasi Sedunia yang pertama diluncurkan oleh AEWA dan CMS pada akhir pekan tanggal 8-9 April 2006 di suaka margasatwa terkenal Ms. Kuki Gallmann ‘Ole Ari Nyiro’ di Laikipia, Kenya. Acara inti pada peluncuran ini terinspirasi oleh fenomena migrasi burung dan dihadiri oleh sejumlah tokoh internasional dari dunia seni, bisnis, dan konservasi.
Sejak itu, WMBD telah dirayakan setiap tahun dan menjadi semakin populer. Kampanye global terus diselenggarakan secara terpusat oleh Sekretariat CMS dan AEWA. Setiap tahun semakin banyak negara, organisasi, dan orang yang bergabung dalam kampanye ini.
Pada tanggal 26 Oktober 2017 di sela-sela CMS COP12 di Manila, Environment for the Americas (EFTA), Convention on Migratory Species (CMS) dan Agreement on the Conservation of African-Eurasian Migratory Waterbirds (AEWA), diumumkan dibentuknya kemitraan inovatif untuk meningkatkan kesadaran akan penderitaan burung migran di seluruh dunia.
Kemitraan ini secara resmi menyatukan dua kampanye pendidikan burung terbesar di dunia, Hari Burung Bermigrasi Internasional (IMBD) dan Hari Burung Bermigrasi Dunia (WMBD) dalam upaya untuk memperkuat pengakuan dan apresiasi global terhadap burung migran dan menyoroti kebutuhan mendesak untuk konservasi mereka.
Akhirnya mulai tahun 2018, peringatan ini dirayakan sekaligus dengan nama Hari Burung Bermigrasi Sedunia yang diselenggarakan dua kali dalam setahun, yaitu pada hari Sabtu kedua di bulan Mei dan di bulan Oktober.
Tema Tahun 2022
Setelah mengetahui sejarah peristiwa 14 Mei yang diperingati sebagai Hari Burung Bermigrasi Sedunia, berikutnya akan dijelaskan mengenai tema peringatan yang diusung pada tahun ini. Peringatan Hari Burung Bermigrasi Sedunia 2022 mengusung tema “Polusi Cahaya”.
Tema ini berangkat dari fakta bahwa saat ini, cahaya buatan mengalami peningkatan secara global sekitar 2 persen per tahun. Diketahui, peningkatan cahaya buatan yang ada di bumi memberikan dampak buruk pada banyak spesies burung.
Polusi cahaya merupakan ancaman yang signifikan bagi burung yang bermigrasi. Cahaya ini dapat menyebabkan disorientasi ketika mereka terbang di malam hari, sehingga ini meningkatkan risiko burung mengalami tabrakan atau benturan terhadap gedung.
Bukan hanya itu, polusi cahaya buatan yang semakin meningkat juga mengganggu jam internal spesies burung, dan secara umum mengganggu kemampuan mereka bermigrasi jarak jauh.
Untuk mengatasi masalah ini, masyarakat di banyak kota dunia diharapkan mengambil tindakan untuk meredupkan lampu gedung selama fase migrasi di musim semi dan musim gugur. Semakin banyak masyarakat berpartisipasi dalam hal ini, maka akan memberikan lebih banyak dampak positif bagi keselamatan burung dan kesehatan bumi.
Kampanye peringatan Hari Burung Bermigrasi Sedunia ini juga menyoroti perlunya konservasi burung migran dan habitatnya. Dibutuhkan alat yang efektif untuk menjangkau secara luas agar bisa meningkatkan kesadaran global akan ancaman yang dihadapi oleh burung yang bermigrasi, kepentingan ekologis mereka, dan perlunya kerja sama internasional untuk melestarikannya. ***