Hari Transmigrasi atau Hari Bhakti Transmigrasi adalah hari peringatan setiap tanggal 12 Desember yang digagas oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Transmigrasi adalah pemindahan penduduk dari Jawa yang padat penduduknya ke Luar Jawa yang kurang padat penduduknya, dan mempunyai berbagai tujuan, di antaranya: mengurangi penduduk di Jawa, menambah pembangunan daerah-daerah yang kekurangan penduduk, pertimbangan-pertimbangan strategis, usaha mempercepat proses asimilasi dan sebagainya.
Salah satu daerah tujuan transmigrasi di Indonesia adalah Gorontalo yang merupakan salah satu wilayah yang ada di pulau Sulawesi. Tepat pada bulan September 1953, program transmigrasi ke daerah Gorontalo pertama dilakukan dengan daerah Paguyaman menjadi tujuan transmigrasi.
Orang–orang Jawa yang pertama mengikuti program transmigrasi ini berasal dari daerah Kediri dan sekitarnya. Lalu apa sebenarnya tujuan transmigrasi dan bagaimana sejarah Hari Transmigrasi?
Sejarah Hari Transmigrasi
Istilah transmigrasi mulanya muncul pada Harian Soeloeh Indonesia yang diutarakan Soekarno di tahun 1927. Transmigrasi tak lepas dari kepentingan pembangunan industrialisasi di luar Jawa, tahun 1946 Wakil Presiden Bung Hatta kembali mengemukakan perihal transmigrasi dalam Konferensi Ekonomi di Kaliurang, Yogyakarta.
Namun penyelenggaraan transmigrasi sebenarnya jauh sebelum itu, yakni pada zaman kolonialiasasi di tahun 1905, ditandai penempatan pertama sebanyak 155 Kepala Keluarga (KK) dari Kedu Jawa Tengah ke Gedong Tataan Provinsi Lampung.
Namun, mengutip dari buku Transmigrasi: Masa Doeloe, Kini, dan Harapan ke Depan (2015), Pemerintah Belanda menyebutnya kolonisasi, bukan dinamakan program transmigrasi.
Demikian juga di Malaysia sejak 1965, penduduk miskin diberi rumah serta lahan/tanah untuk diusahakan dengan tanaman karet dan kelapa sawit. Program tersebut di Malaysia tidak disebut transmigrasi.
Penyebutan program transmigrasi yang hanya ada di Indonesia sudah dikenal sejak ± 100 tahun yang lalu. Transmigrasi merupakan migrasi yang hanya berlangsung di Indonesia.
Dipilihnya tanggal 12 Desember sebagai Hari Transmigrasi bukan sebuah hal yang kebetulan. Tanggal tersebut bertepatan dengan resminya pemerintah Indonesia menyelenggarakan program transmigrasi pada tahun 1950.
Dalam pelaksanaan pertama, pemerintah melakukan pemindahan 25 Kepala Keluarga (KK) atau sekita 98 jiwa. Lokasi tujuan transmigran saat itu adalah Lampung sejumlah 23 KK dan Lubuk Linggau dengan 2 KK.
Di tempat itulah para pendatang membangun desa pertama yang diberi nama Bagelen, sesuai dengan nama desa asalnya. Dari sinilah dimulainya sejarah ketransmigrasian yang selama lebih dari satu abad (dihitung dari tahun 1905).
Tujuan Transmigrasi
Ada beberapa tujuan dilaksanakannya transmigrasi menurut pembuat kebijakan.
Secara kontekstual tujuan pelaksanaan transmigrasi menurut Humonggio (2015) adalah untuk menyebarkan penduduk secara merata di Indonesia, pemanfaatan sumber daya alam di daerah yang masih jarang penduduknya dengan menggunakan sumber daya manusia yang berasal dari daerah luar.
Dengan demikian maka diharapkan kesejahteraan masyarakat lokal dapat meningkat. Dilihat dalam konteks kebangsaan, sepertinya program transmigrasi yang dilaksanakan semenjak masa pemerintahan presiden Soekarno merupakan usaha dalam mempersatukan bangsa Indonesia melalui bidang sosial dan budaya.
Sejak dahulu, yang menjadi objek dalam pelaksanaan program transmigrasi adalah masyarakat dari Pulau Jawa yang kebanyakan memang merupakan suku Jawa itu sendiri.
Ditinjau dari keadaan pulau Jawa yang penduduknya sangat padat dibandingkan dengan pulau–pulau lain di Indonesia, maka tidak terlalu mengherankan apabila memang selama ini program transmigrasi selalu dilaksanakan dari pulau Jawa ke pulau–pulau lainnya di luar pulau Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan sebagainya. ***