Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sejarah Hayam Wuruk

Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, dan beliau dijadikan raja pertama tahun 1293 Masehi. Selanjutnya pada tahun 1309, digantikan oleh Raja Jaya Negara.

Setelah itu dilanjutkan Raja Hayam Wuruk, yang bertahta selama 39 tahun. Lalu berakhir pada tahun 1388 Masehi.

Dijelaskan Prof Dr Drs AA Bagus Wirawan, SU bahwa di dalam kekuasaan Raja Hayam Wuruk lah, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya atau keemasannya.

Dengan peran besar Maha Patih Amengku Bumi Gajah Mada.

Di mana Gajah Mada, terkenal dengan sumpah Palapanya. Sumpah ini konon diikrarkan tatkala Ratu Tribuana Tungga Dewi berkuasa.

“Kala itu, terkenal Mpu Prapanca, yang menulis perjalanan Hayam Wuruk ke daerah-daerah. Kemudian ditulis ke dalam kitab atau lontar Negarakertagama,” jelas Dosen Sejarah Unud ini.

Negarakertagama ini, kata dia, menguraikan tentang kebesaran Majapahit.

Hanya saja, setelah masa keemasan ini, Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran.

Di mana menurut catatan-catatan pararaton, babad, prasasti dan lain sebagainya disebabkan banyak hal.

Di antaranya karena perebutan kekuasaan oleh para ahli warisnya. Sehingga penuh dengan peperangan.

Disebutkan bahwa pengganti Raja Hayam Wuruk, adalah Wikrama Wardana pada tahun 1389. Kemudian diganti Ratu Suhita pada tahun 1429.

Dan diganti Kerthawijaya pada 1447. Lalu Rajasa Wardana pada tahun 1451 hingga tahun 1453 Masehi.

Selanjutnya, pada tahun 1453 sampai 1456 tidak ada raja, sebab pewarisnya konon masih sangat muda.

Sehingga diperkirakan pada tahun 1453 Masehi itu, telah mulai terjadi perebutan kekuasaan. Dan stagnan bertahan selama 3 tahun.

Barulah pada 1456, dinobatkan putra Kerthawijaya yaitu Dyah Suryawikrama Girisawardana. Kemudian ia diganti  oleh  putranya Dyah Suraprabawa pada tahun 1466 Masehi.

“Berdasarkan berbagai sumber sejarah, pada tahun 1468 Masehi. Dyah Suraprabawa digulingkan oleh Kertha Bumi, yaitu putra Rajasa Wardana,” sebutnya.

Dalam sejarah tersebut, Dyah Suraprabawa berkuasa sampai tahun 1474 Masehi.

Namun tidak jelas di mana posisinya. Dan dimungkinkan di Daha. Menurut Pararaton Bhanawa Sekar, oleh Mpu Tanakung. Disebutkan adanya kemungkinan Dyah Suraprabawa Singawikrama Wardana. Ayo bhre pandan Salas III, madeg pandito.

Lalu diganti oleh adik beliau yaitu Girindra Wardana Sang Singawardana tahun 1468-1474 Masehi. Disebutkan Sang Moktah ing Kedaton.

Lalu diganti oleh paman beliau yaitu Bhre Kertha Bumi tahun 1474-1478 Masehi. Saat kekuasaan Kertha Bumi yang juga disebut Bhrawijaya V runtuh tahun 1478 Masehi.

Disebutkan bahwa raja terakhir Majapahit, adalah paman raja yang wafat di istana Singawardana tersebut.

“Keruntuhan Majapahit pada tahun 1478 Masehi ini, memang ada beberapa versi,” katanya.

Di antaranya diserang oleh Dyah Rana Wijaya Girindrawardana, Bhre Keling karena menuntut balas lengser ayahnya Dyah Suraprabawa tahun 1468 Masehi.

Lalu menurut prasasti Petak tahun 1486 Masehi. Dikatakan bahwa Majapahit runtuh akibat gempuran empat putra Girisa Wardana, Bhre Koripan, Bhre Pamotan, Bhre Mataram dan Bhre Kertabumi tahun 1478 Masehi.

Menurut Babad Tanah Jawa dan Serat Kanda bahwa Majapahit runtuh tahun 1478 Masehi karena serangan Demak. Lalu berdasarkan catatan kronik Tionghoa Sam Po Khong. Majapahit runtuh 1478 Masehi juga karena serangan Demak.

Diperkirakan Demak menempatkan Nyo Lay Wa sebagai penguasa yang terbunuh saat terjadi huru-hara di Majapahit.

Setelah itu Majapahit dipegang oleh Dyah Rana Wijaya dan mengeluarkan prasasti petak tahun 1486 Masehi. Yakni tentang pengukuhan anugerah tanah perdikan pada Brahmaraja Gangga Dara karena mendukung saat menggempur Majapahit.

“Dalam prasasti Jiyu juga disebutkan, anugerah tersebut dan tentang dilaksanakan upacara Srada tepat 12 tahun wafatnya Manggala Wardani Dyah Suragharini, ibu Dyah Rana Wijaya,” katanya.

Ada pula diulasan Bhanawa Sekar tadi, yang menyebutkan upacara Srada 12 tahun wafatnya Bhre Pandan Salas Dyah Suraprabawa yang diperkirakan wafat tahun 1474.

“Majapahit saat itu konon sebatas Majapahit, Daha dan Jenggala sudah di bawah Demak yang bertahan hanya sampai tahun 1527 Masehi,” imbuhnya.

Pada tahun 1527 terjadi penggempuran ke Majapahit, oleh Sultan Trenggana Demak. Karena Majapahit disinyalir bersekutu dengan Portugis. Sehingga Majapahit hilang atau tamat pada tahun 1527 Masehi itu.

“Jika dirangkum, Majapahit berdiri sejak tahun 1293 Masehi lalu mencapai masa keemasannya dan runtuh pada 1478 Masehi. Lalu benar-benar tamat pada 1527 Masehi,” tegasnya. ***

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles