Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Jumat (14/1/2022) mencatat adanya gempa berkekuatan 6,6 Magnitudo (M) di Pandeglang, Banten. Gempa tersebut terjadi beberapa kali di daerah tersebut namun tidak berpotensi tsunami.
Kepala BMKG, Dwikorota Karnawati menjelaskan gempa di Banten itu terjadi lantaran adanya aktivitas lempeng di selatan Jawa. Yang terjadi merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia menunjang ke bawah lempeng Benua Eurasia, atau tepatnya ke bawah Pulau Jawa yang terus-menerus hingga Nusa Tenggara.
Adapun hasil dari analisis mekanisme sumber, kata Dwikorota, menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik, atau akibat patahan naik.
Nah, selain gempa yang terjadi pada Jumat, ternyata gempa bumi di Banten memiliki sejarah yang panjang. Terjadi serangkaian gempa yang pernah terjadi sejak tahun 1981.
“Perlu kami sampaikan dari catatan sejarah kegempaan, telah terjadi kegempaan diwilayah tersebut sejak 1851 – 2019,” terang Dwikorta.
Adapun di antara gempa tersebut sebagai berikut:
4 Mei 1851: Gempa ditahun ini setidaknya merusah teluk Betung dan Selat Sunda
9 Januari 1852: Gempa yang kuat diikuti dengan tsunami yang kecil
27 Agustus 1883: Terjadi tsunami dahsyat yang menurut catatan mencapai 30 meter akibat erupsi Gunung Krakatau.
23 Februari 1903: Terjadi gempa dengan magnitudo 7,9 Skala Richter (SR) berpusat di Selat Sunda yang merusak wilayah Banten.
26 Maret 1928: Adanya tsunami kecil teramati Selat Sunda pasca gempa
22 April 1958: Gempa dan tsunami laut.
22 des 2018: Selat Sunda dilanda tsunami dari longsoran anak Gunung Krakatau
2 Agustus 2019: Terjadi gempa magnitudo 7,4 SR di wilayah Banten dan berpotensi Tsunami