Menwa (Resimen Mahasiswa) masuk dalam daftar trending topic di Twitter Indonesia. Tak kurang dari 25.000 tweet berisi tentang Menwa telah dituliskan oleh netizen hingga Rabu (27/10/2021).
Trending topic soal Menwa ini dipicu kasus kematian Gilang Endi (23), mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, saat mengikuti Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Menwa pada Senin (25/10/2021). Gilang Endi adalah mahasiswa Sekolah Vokasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) UNS angkatan 2020.
Saat ini, sebanyak 21 orang yang bergabung dalam panitia diserahkan ke pihak kepolisian untuk dimintai keterangan. UNS sepenuhnya menyerahkan kasus ini ke penyidik polisi.
Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS Solo, Sutanto mengatakan, pihaknya akan mengevaluasi total seluruh kegiatan yang ada unsur fisik di dalamnya. “Tidak hanya kegiatan Resimen Mahasiswa (Menwa), namun juga kegiatan lainnya,” kata Sutanto, Selasa (26/10/2021).
Saat ini UNS telah menutup sementara Kantor Menwa dan tidak boleh ada kegiatan di dalam maupun di luar kampus.
Menwa tidak hanya ada di UNS, tapi hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia memiliki Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tersebut. Sebab, Menwa merupakan salah satu kekuatan sipil yang dilatih dan dipersiapkan untuk mempertahankan NKRI sebagai perwujudan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Para anggotanya diberikan pelatihan dasar militer seperti penggunaan senjata, taktik pertempuran, survival, terjun payung, bela diri militer, senam militer, penyamaran, navigasi dan sebagainya.
Resimen Mahasiswa pertama kali dibetuk oleh Jenderal Besar AH Nasution. Pada 13 Juni–14 September 1959, ia mengadakan wajib latih bagi mahasiswa di Jawa Barat. Mahasiswa peserta latihan disiapkan untuk mempertahankan home-front dan bila perlu ikut memanggul senapan ke medan perang. Mereka dididik di Kodam VI Siliwangi dan diberi hak menggenakan lambang Siliwangi.
Pada 19 Desember 1961 di Yogyakarta, Presiden RI Soekarno mencetuskan Trikora yang berisi Pantjangkan Sangsaka Merah Putih di Irian Barat, Gagalkan Negara Boneka di Papua, dan Adakan Mobilisasi Umum. Seluruh rakyat meyambut komando ini dengan gagap gempita dengan semangat revolusi untuk merebut Irian Barat, termasuk mahasiswa.
Sejak Trikora bergema, maka kewaspadaan nasional makin diperkuat. Kemudian muncullah rencana pendidikan perwira cadangan di Perguruan Tinggi. Berdasarkan dua surat keputusan Pangdam VI Siliwangi, maka pihak Univesitas pada 20 Januari 1962 membentuk badan koordinasi yang diberi nama Badan Persiapan Pembentukan Resimen Serba Guna Mahasiswa Dam VI Siliwangi (disingkat BPP) Resimen Mahasiswa DAM VI Siliwangi. Sebagai koordiantor adalah drg R G Surya Sumanti (Rektor UNPAD), Isrin Nurdin (Pembantu Rektor ITB) selaku wakil Koordinator I, Kusdaminto (PR Unpar) selaku wakil Koordinator II, dan Moch Sunaman dari PUS PSYAD pada waktu itu selaku sekretaris.
Pada Februari 1962 diadakan Refreshinng Course selama 10 minggu di Resimen Induk Infantri dan dilanjutkan dengan latihan selama 14 hari yang dikenal dengan sebutan Latihan Pasopati. Pada 20 Mei 1962 anggota Resimen Mahasiswa angkatan 1959 dilantik oleh Pangdam VI/SLW menjadi bagian organik dari kodam VI/SLW.
Dalam rencana kerja empat tahunnya tercantum pembentukan kader inti. Mahasiswa dan mahasiswi Jabar, khususnya yang berada di Bandung, mengikuti latihan di Bihbul, tempat penggodokan prajurit-prajurit TNI (sekarang Secaba Dam III/Slw, Bihbul). Satuan-satuan inti dari Yon mahasiswa dari beberapa uiversitas dan akademi dikirim ke tempat ini di bawah asuhan pelatih–pelatih dari RINSIL.
Pada 12 Juni 1964 terbit SK Menteri Koordinator Komponen Pertahanan dan Keamanan Jenderal TNI AH Nasution yang mengesahkan Duaja Resimen Mahawarman. Garuda Mahawarman resmi berdiri berdampingan dengan Harimau Siliwagi.
Pada 19 Januari 1978 dikeluarkan lagi SKB 3 Menteri tentang juklak pembinaan organisasi Resimen Mahasiswa. Bersama Keputusan bersama tiga Menteri Menha, Mendiknas, dan Mendagri dan Otda No: KB/14M/X/2000, No:6/U/KB/2000, dan No:39 A tahun 2000 tanggal 11 Oktober 2000 tentang Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa.
Semboyan Resimen Mahasiswa Indonesia adalah Widya Castrena Dharmasiddha. Berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Penyempurnaan Pengabdian dengan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Keprajuritan. ***