Tahun Baru China, atau di Indonesia disebut Imlek, adalah perayaan tahun baru berdasarkan kalender China (lunar), yang digunakan oleh masyarakat Tionghoa.
Berbeda dari kalender Masehi yang umum dipakai masyarakat dunia, penanggalan China dihitung berdasarkan pergerakan bulan mengitari Bumi.
Dengan cara perhitungan itu, Imlek jatuh antara tanggal 21 Januari hingga 20 Februari dalam penanggalan Masehi.
Misalnya, Tahun Baru Imlek 2024 jatuh pada tanggal 10 Februari, sedangkan Tahun Baru Imlek 2025 jatuh pada tanggal 29 Januari.
Imlek merupakan sebuah perayaan tahunan yang penting bagi masyarakat Tionghoa. Di China, perayaannya berlangsung selama 15 hari.
Lalu, bagaimana asal-usul Tahun Baru China? Berikut ini sejarahnya.
Sejarah Tahun Baru Imlek Sejarah Tahun Baru Imlek sarat dengan legenda dan mitos.
Asal-usul Tahun Baru China berakar pada legenda tentang seekor monster bernama Nian (artinya “tahun”), yang hidup ribuan tahun lalu.
Konon, Nian suka memakan ternak dan manusia, dan akan menyerang penduduk desa setiap malam tahun baru.
Monster Nian takut pada suara keras, cahaya terang, dan warna merah.
Oleh karena itu, penduduk desa menggunakan cahaya terang dari lentera merah dan warna-warna merah lainnya untuk menakut-nakuti monster itu.
Mereka juga membunyikan suara keras untuk mengusir Nian.
Itulah asal-usul perayaan Imlek identik dengan cahaya lampion dan pernak-pernik berwarna merah.
Tidak diketahui pasti kapan Tahun Baru Imlek mulai dirayakan di China.
Diperkirakan, Tahun Baru China mulai dirayakan pada masa Dinasti Shang (1600-1046 SM), atau sejak 3.500 tahun lalu.
Saat itu, orang-orang mengadakan upacara pengorbanan untuk menghormati para dewa dan leluhur, di akhir atau awal tahun.
Sedangkan istilah “Nian” pertama kali muncul pada masa Dinasti Zhou (1046-256 SM).
Saat itu, sudah menjadi tradisi untuk mempersembahkan kurban kepada dewa atau leluhur, guna memberkati panen pada pergantian tahun.
Seiring perkembangan zaman, tradisi Tahun Baru China juga berkembang.
Orang-orang beranjak menuju tahun baru yang diharapkan mendatangkan keberuntungan dan kemakmuran, dengan menyalakan petasan, kembang api, dan mengenakan pakaian serta dekorasi berwarna merah. (Red)