Kamis, November 14, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sejarah Wayang

Wayang mendadak menjadi perhatian usai potongan ceramah Ustaz Khalid Basalamah viral di media sosial. Dalam ceramahnya, Ustaz Khalid Basalamah menyebut wayang haram dan lebih baik dimusnahkan.

Buntut dari ceramahnya itu, Ustaz Khalid Basalamah bakal dilaporkan oleh Persatuan Pedalangan Indonesia (Pedadi) Banyumas Raya ke Bareskrim Mabes Polri. Isi ceramah Ustaz Khalid Basalamah itu dinilai sangat berbahaya dan menyakitkan para dalang khususnya di Banyumas Raya.

Ustaz Khalid Basalamah pun akhirnya melakukan klarifikasi dan meminta permohonan maaf lewat akun You Tube-nya.

Terlepas dari itu, sudah kah kita tahu bagaimana sejarah da nasal-usul wayang?

Jika kembali menelusuri perkembangan wayang, akademisi mengatakan kesenian tersebut sebetulnya sudah ada sejak zaman animisme dan dinamisme.

Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Sugeng Nugroho misalnya menyampaikan, wayang sudah ada sejak zaman prasejarah dan bahkan digunakan untuk dakwah ajaran agama umat muslim.

“Jelas wayang itu sudah digunakan para wali untuk dakwah Islam. Meskipun sebenarnya wayang sudah ada sejak zaman animisme-dinamisme,” ungkap Sugeng.

Menurutnya, ketika agama Hindu masuk ke Indonesia, wayang digunakan untuk menyebarkan ajaran tersebut karena mudah diterima. Kesenian tersebut pun dimanfaatkan kembali dalam masa penyebaran agama Islam.

“Kemudian wayang digunakan untuk menyebarkan agama karena mudah beradaptasi. Ketika Hindu masuk, dipakai Hindu. Karena sudah mengakar di hati masyarakat Jawa, maka itu dipakai para wali. Dan itu berhasil,” imbuh Sugeng.

Pada periode Wali Songo, akhirnya banyak tokoh yang disesuaikan dengan Islam. Sebagai contoh, Dewa Siwa, Brahma, dan Wisnu diadaptasi menjadi keturunan Nabi Adam.

Ketua Dewan Kesenian Solo (DKS) Blacius Subono juga menuturkan, Sunan Kalijaga sukses menyebarkan Islam lewat budaya, tak terkecuali pewayangan.

“Jelas dari sisi sejarah kan ada sosok Sunan Kalijaga yang penyebaran agamanya melalui budaya wayang. Sudah jelas sejarahnya,” sebut Subono.

Senada dengan yang dikatakan Dosen ISI Solo, Sugeng, wayang berakar dari kepercayaan animisme dan dinamisme. Lalu pada zaman kerajaan, permulaan wayang dicatat bermula sejak era Kerajaan Kediri abad ke-10 dan diciptakan oleh Raja Jayabaya.

Hal itu berlanjut ketika masa Kerajaan Jenggala dan Majapahit.

Sewaktu Kerajaan majapahit runtuh, wayang sekaligus gamelannya dipindah ke Demak. Pasalnya, Sultan Demak Syah Alam Akbar I sangat menyukai seni karawitan dan pertunjukan wayang.

Pada masa ini untuk menghapus kesan Hindu, maka gambar wayang diubah sedemikian rupa. Wajahnya dibuat miring dan tangannya dibuat lebih panjang hingga mencapai kaki. Tokoh yang menciptakan sosok wayang dengan rupa seperti ini adalah Sunan Kalijaga.

Sewaktu kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar III atau Sultan Trenggana, Sunan Giri menciptakan wayang Gedog yang bahan dasarnya dari wayang Purwa.

Kemudian, Sunan Kudus menetapkan wayang Gedog hanya digelar di dalam istana. Sehingga, Sunan Bonang membuat wayang sendiri yang diperuntukkan bagi rakyat. Wayang tersebut adalah Damarwulan.

Berlanjut ke era pemerintahan Sri Hamangkurat IV, raja tersebut menciptakan wayang Madya. Bentuk wayang Madya bagian atas mirip wayang Purwa, sedangkan bawahnya mirip wayang Gedog.

Pemanfaatan wayang dilanjutkan ke zaman revolusi fisik. Kesenian pedalangan digunakan sebagai salah satu usaha mendengungkan tekad mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Demi tujuan ini, maka secara khusus diciptakan wayang Suluh. Arti kata suluh adalah obor, yakni salah satu alat yang biasa dipakai menerangi.

Ada pula pendapat yang menyebutkan wayang Suluh berasal dari Madiun dan diciptakan salah seorang pegawai penerangan. Pegawai tersebut juga bertindak sekaligus sebagai dalang.

Pada wayang Suluh, tidak ada bentuk pakemnya karena mengikuti perkembangan zaman. Sebab, cara berbusana masyarakat juga berubah.

Warisan Budaya Dunia

Ketika bicara wayang ada banyak hal menarik untuk digali lebih lanjut. Apalagi salah satu jenis wayang di Indonesia yakni wayang kulit telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 7 November 2003.

Itu artinya, perwayangan di Indonesia telah dilirik oleh dunia. Indonesia sebagai negara asal munculnya wayang sejatinya bangga dengan penghargaan tersebut.

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik tentang wayang. Berikut fakta-fakta menarik lainnya seputar wayang yang dirangkum dari berbagai sumber.

Wayang termasuk warisan kebudayaan masa lampau di Indonesia. Wayang menonjolkan berbagai karya seni dan budaya di dalamnya.

Dalam sebuah pertunjukan wayang, setidaknya ada seni peran, suara, musik, tutur, sastra, lukis, hingga pahat. Pengemasan yang apik membuat perhelatan wayang sukses digelar.

Seiring berjalannya waktu, wayang di Indonesia terus mengalami perkembagan dan kemajuan. Bahkan, jenis-jenis wayang di Indonesia pun mulai beragam.

Ragam wayang yang didasarkan pada aktor utamanya digolongkan menjadi lima kelompok yakni wayang kulit, wayang golek, wayang wong, wayang beber, dan wayang klithik.

Dua wayang yang populer di Indonesia adalah wayang golek dari Jawa Barat serta wayang kulit dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DI Yogyakarta. Salah satu wayang yang sudah menjadi warisan budaya dunia dan diakui UNESCO adalah wayang kulit.

Setiap pertunjukan selalu ada cerita yang dibawakan, begitu pun wayang. Cerita wayang pada dasarnya bersumber pada kitab Ramayana dan Mahabharata.

Kisah wayang yang bersumber dari India itu dalam perkembangannya disesuaikan dengan kebudayaan setempat. Misalnya, dalam wayang Jawa ada tokoh punakawan (pelayan) dari keluarga Semar dengan anak-anaknya yaitu Petruk, Nala Gareng, Bagong, dan istrinya Dewi Sutiragen. Sedangkan dalam cerita wayang India tidak ada.

Di era sekarang, para dalang sudah mulai mengembangkan cerita-ceritanya. Tidak sedikit dalam pertunjukan wayang diselipkan cerita-cerita humor supaya para penontonnya ikut terhibur. ***

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles